Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Sekretaris Provinsi Bengkulu Asnawi Lamat, Senin meminta warga Suku Lembak di tiga desa di Kecamatan Binduriang Kabupaten Rejanglebong menahan diri dan mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan konflik dengan pihak kepolisian setempat.

Pascabentrok antara warga dengan aparat kepolisian, Minggu (17/6) sore, suasana di tiga desa yang berada di jalan poros nasional di perbatasan Bengkulu dengan Sumatra Selatan itu masih mencekam.

"Kami percaya polisi sebagai pengayom masyarakat dapat menyelesaikan persoalan di lapangan dan kami imbau agar warga menahan diri dan mengedepankan musyawarah," katanya di Bengkulu.

Bentrok fisik antara warga dengan aparat kepolisian terjadi Minggu (17/6) sore, berawal dari kecelakaan sebuah truk pengangkut kopi yang terbalik di antara desa Beringin Tiga-Pelalo, Kecamatan Binduriang.

Sebanyak sembilan ton kopi di dalam truk itu diperkirakan dijarah warga. Untuk mencari pelaku penjarahan, polisi melakukan razia ke rumah warga setempat.

Dalam pelaksanaan razia itu awalnya ada beberapa warga tidak bersedia untuk dirazia, kemudian terjadi pertengkaran adu mulut dengan aparat dan berujung pada bentrok fisik.

Kabid Humas Polda Bengkulu AKBP Hery Wiyanto saat dikonfirmasi mengatakan akibat bentrok fisik itu seorang warga tewas dan empat lainnya tertembak. Sedangkan anggota polisi yang mengalami luka-luka sebanyak lima orang termasuk Wakapolres Rejang Lebong Kompol Andi Hermawan. "Kami masih berusaha menenangkan situasi dan mencoba jalur mediasi dengan tokoh masyarakat," katanya.

Sementara Anggota DPRD Provinsi Bengkulu dari daerah pemilihan Kabupaten Rejanglebong Riza Nisbach mengatakan polisi dan warga agar mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah di lapangan.

"Masyarakat jangan mudah terprovokasi, sebaiknya diselesaikan dengan musyawarah, kami sangat menyesalkan sampai terjadi korban jiwa," kata dia.(rni)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012