Bengkulu (Antara) - Sejumlah warga Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu mengeluhkan harga pisang kepok yang anjlok dari Rp30 ribu per tandan menjadi Rp18 ribu per tandan.

"Harga pisang sudah anjlok dalam tiga bulan ini sehingga banyak petani membiarkan pisang busuk di batangnya," kata warga Pulau Enggano, Raffli Kaitora di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan harga pisang Rp18 ribu per tandan membuat petani di pulau terluar itu merugi sebab harga jual tidak sebanding dengan ongkos produksi.

Para petani tidak hanya menanggung ongkos produksi pisang, tapi juga mengeluarkan biaya angkut yang tinggi untuk membawa pisang tersebut hingga ke Kota Bengkulu.

Biaya angkut yang dikeluarkan petani untuk membawa pisang dari kebun ke pinggir jalan antar-desa mencapai Rp5.000 per tandan. Dari jalan antar-desa menuju Pelabuhan Kahyapu mencapai Rp5.000 per tandan.

"Kalau bawa sendiri ke Bengkulu ditambah lagi ongkos kapal Rp3.000 per tandan, jadi petani hanya dapat Rp5.000 per tandan," kata Raffli.

Petani lainnya, Sahat Kauno menambahkan keresahan petani tidak hanya terkait harga yang anjlok tapi juga jadwal kapal feri Pulo Tello yang bergantung pada kondisi cuaca di perairan Samudera Hindia.

Saat cuaca buruk, lanjutnya, pelayaran kapal yang diandalkan untuk membawa hasil komoditas pertanian otomatis terhenti.

"Saat cuaca buruk maka kapal tidak berlayar sedangkan pisang yang dipanen tidak bisa menunggu, makanya sering busuk menumpuk di pelabuhan," ujarnya.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, warga mengharapkan pemerintah memberikan bantuan berupa pembangunan industri pengolahan hasil berbahan baku pisang kepok.

Raffli mengatakan produksi pisang kepok dari pulau yang berada di tengah Samudera Hindia itu mencapai 9.000 tandan per minggu.***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016