Aleppo, Suriah/Beirut (Antara/Reuters) - Rencana pengosongan sejumlah lokasi yang diduduki pemberontak di Aleppo pada Rabu terancam tak berjalan mulus karena munculnya serangan-serangan udara baru yang menghantam kota tersebut.

Iran, yang merupakan salah satu pendukung utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, mengajukan aturan baru.

Menurut sumber-sumber dari kalangan pemberontak serta Perserikatan Bangsa-bangsa, Iran menginginkan pemindahan para korban luka dari dari dua desa, yang dikuasai para pemberontak, dilakukan secara serentak.

Tidak ada tanda-tanda bahwa keinginan tersebut terealisasi.

Para pemberontak membombardir dua desa berpenduduk mayoritas kaum Syiah, yaitu Foua dan Kefraya, di provinsi Idlib -sebelah barat Aleppo. Gempuran senjata tersebut, menurut kelompok pemantau yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, menewaskan sejumlah orang.

Belum ada petunjuk terkini soal kapan evakuasi akan berlangsung, namun sebuah stasiun televisi pendukung oposisi mengatakan pemindahan bisa tertunda hingga Kamis.

Gencatan senjata yang diperantarai oleh Rusia --sekutu terkuat Assad-- dan Iran ditujukan untuk mengakhiri pertempuran yang telah berlangsung bertahun-tahun di Aleppo.

Namun, serangkaian serangan udara, pengeboman serta tembakan senjata meletus pada Rabu. Turki menuding pasukan pemerintah melanggar gencatan.

Stasiun televisi Suriah mengatakan aksi-aksi pengeboman yang dilancarkan kelompok pemberontak menewaskan enam orang.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperkirakan bahwa kekuatan pemberontak tidak akan bertahan lebih dari dua atau tiga hari lagi.

Kementerian pertahanan di Moskow mengatakan para pemberontak saat ini menguasai kantong wilayah seluas hanya 2,5 kilometer persegi.

Turki terus melakukan kontak dengan Iran, Rusia dan Amerika Serikat untuk berupaya dan memastikan evakuasi warga sipil dan para pemberontak dari Aleppo bisa dilaksanakan.

Hingga Rabu subuh, tidak ada seorang pun yang meninggalkan Aleppo seperti rencana semula, demikian menurut keterangan saksi mata yang menunggu di lokasi pemberangkatan. Di lokasi tersebut, sebanyak 20 bus dengan mesin menyala siap diberangkatkan, namun tidak ada tanda bus-bus itu akan bergerak ke tempat-tempat keberadaan para pemberontak.

Sementara itu, kementerian pertahanan Rusia mengatakan 6.000 warga sipil dan 366 pemberontak dalam 24 jam terakhir sudah meninggalkan daerah-daerah yang dikuasai kelompok pemberontak.

Menurut media milik sekutu pemerintah Suriah, Hisbullah, orang-orang yang ingin meninggalkan Aleppo berjumlah 15.000, termasuk 4.000 pemberontak.

Rencana evakuasi merupakan puncak pergerakan cepat selama dua minggu oleh tentara Suriah dan sekutu-sekutunya, yang memaksa para pemberontak mundur ke kantong lebih kecil di Aleppo di bawah gempuran serangan udara dan tembakan artileri.

Dengan mengendalikan Aleppo secara penuh, Assad telah menunjukkan kekuatan koalisi militernya, yang dibantu angkatan udara Rusia serta para milisi Syiah dari berbagai wilayah.

Para pemberontak mendapat bantuan dari Amerika Serikat, Turki dan kerajaan-kerajaan Teluk. Namun, dukungan yang mereka dapatkan itu tidak mencukupi untuk menghadapi dukungan militer langsung yang didapat Assad dari Rusia dan Iran.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016