Bengkulu (Antara) - Warga Pulau Enggano, pulau terluar Provinsi Bengkulu mengharapkan investor membangun pabrik pengolahan pisang yang produksinya mencapai 10 ribu tandan per minggu.

"Kalau ada investor yang membangun pengolahan pisang di Enggano, petani akan terbantu karena pisang tidak perlu dibawa ke Bengkulu dengan risiko tinggi," kata Yudi Kaitora, warga Pulau Enggano, Kecamatan Enggano di Bengkulu, Jumat.

Menurut Yudi, pisang yang dihasilkan petani setempat dijual ke pengumpul dengan harga Rp18 ribu per tandan. Harga tersebut jauh lebih rendah dibanding harga beberapa pekan sebelumnya mencapai Rp30 ribu per tandan.

Harga yang rendah tersebut membuat petani di pulau terluar itu merugi sebab harga jual tidak sebanding dengan ongkos produksi.

Para petani tambah Yudi tidak hanya menanggung ongkos budidaya pisang, tapi juga mengeluarkan biaya angkut untuk membawa pisang tersebut hingga ke Kota Bengkulu.

Ia merinci, untuk membawa pisang dari kebun ke pinggir jalan dibutuhkan ongkos angkut Rp5.000 per tandan. Dari jalan antar-desa menuju Pelabuhan Kahyapu mencapai Rp5.000 per tandan.

"Ditambah lagi ongkos kapal untuk pisang Rp3.000 per tandan, jadi petani hanya dapat Rp5.000 per tandan," ujarnya.

Menurut Yudi, bila ada investor yang mengolah pisang tersebut di Pulau Enggano maka ongkos angkut dapat dipotong dan menjadi pendapatan bagi petani.

Tokoh masyarakat Enggano, Rafli Kaitora menambahkan, pelayaran kapal yang bergantung dengan kondisi cuaca juga menjadi kendala tersendiri sebab bila pisang sudah dipanen tapi kapal tidak berlayar maka kerugian petani berkali lipat.

"Saat cuaca buruk maka kapal tidak berlayar sedangkan pisang yang dipanen tidak bisa menunggu, sehingga sering busuk dan tak bisa lagi dijual," katanya.

Pulau Enggano yang berada di tengah Samudera Hindia dapat diakses dengan dua jalur transportasi yakni laut dan udara namun masyarakat mengandalkan transportasi laut untuk mengangkut hasil bumi.

Ada dua kapal laut yang melayani rute Kota Bengkulu-Pulau Enggano yakni feri Pulo Tello dengan jadwa dua kali sepekan dan kapal perintis Sabuk Nusantara yang berlayar sekali dalam sepuluh hari.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017