Jakarta (Antara) - Presiden Joko Widodo mengakui masih banyak kasus terjadi di Indonesia yang merugikan bahkan sampai membahayakan konsumen.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memimpin rapat terbatas bertopik perlindungan konsumen di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.

"Edukasi dan perlindungan konsumen harus jadi perhatian. Ini penting, karena selama ini banyak kasus-kasus yang merugikan konsumen. Bahkan sampai membahayakan konsumen," kata Presiden.

Beberapa contoh, kata dia, di antaranya terkait obat atau vaksin palsu, makanan kedaluwarsa, malpraktik di bidang layanan kesehatan, keamanan dan kenyamanan transportasi, hingga pembobolan kartu kredit dalam transaksi e-commerce.

Padahal, kata Presiden, selama lima tahun terakhir konsumsi masyarakat berkontribusi rata-rata 55,94 persen terhadap PDB.

"Artinya perekonomian nasional masih digerakkan oleh konsumsi. Selain itu, negara kita memiliki jumlah penduduk yang besar, artinya potensi pasar besar sekaligus konsumen yang amat besar pula," katanya.

Oleh karena itu, Kepala Negara menilai pentingnya edukasi konsumen yang sangat diperlukan karena dibandingkan dengan negara-negara lain konsumen Indonesia baru pada tahap paham haknya tapi belum mampu memperjuangkan haknya sebagai konsumen.

"Dan berdasarkan laporan yang saya terima indeks kepercayaan konsumen IKK Indonesia tahun 2016 masih rendah yaitu 30,86 persen atau baru sampai pada level paham dibandingkan dengan negara Eropa yang sudah mencapai 51,31 persen," katanya.

Dan terkait perilaku pengaduan konsumen, kata dia, konsumen Indonesia masih tergolong rendah karena secara rata-rata hanya 4,1 pengaduan konsumen yang diterima dari satu juta penduduk Indonesia.

Sementara di Korea misalnya sebanyak 64 pengaduan konsumen terjadi di setiap satu juta penduduk.

"Edukasi konsumen juga diperlukan untuk membuat perilaku konsumen menjadi konsumen cerdas dan konsumen bijaksana," katanya.

Selain itu, menurut dia, perilaku konsumsi masyarakat juga harus diarahkan untuk tidak terjebak pada penyakit konsumerisme serta mampu untuk melakukan konsumsi yang bersifat jangka panjang seperti gemar menabung atau diinvestasikan pada sektor-sektor produktif.

"Konsumen juga diajarkan untuk mencintai produk-produk dalam negeri sehingga industri nasional bisa berkembang dan lapangan kerja juga bisa terbuka lebih banyak," kata Presiden.***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017