Bengkulu (Antara) - Warga Desa Lebong Tandai, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu mengharapkan perbaikan rel lori yang menghubungkan desa itu dengan ibu kota kecamatan di Desa Napal Putih karena kondisinya rusak parah.

"Banyak rel dan bantalan yang hilang dan rusak jadi perlu perbaikan untuk keselamatan transportasi," kata Abidin, sopir lori di Desa Napal Putih, Rabu.

Lori merupakan bekas angkutan tambang emas zaman kolonial Belanda yang beroperasi di Desa Lebong Tandai.

Kini lori yang dimodifikasi dengan membuat semacam kotak dari kayu berukuran 1,5 x 4 meter yang dilengkapi mesin diesel digunakan sebagai alat transportasi massal.

"Lori ini satu-satunya alat transportasi masyarakat dari Desa Lebong Tandai menuju dunia luar," ucap Roni, warga Desa Lebong Tandai.

Hendra, sopir lori lainnya mengatakan selain kerusakan bantalan dan rel yang sudah usang, mereka juga mengkhawatirkan sejumlah titik di jalur itu yang longsor.

"Ada tiga titik yang longsor, dua sudah diperbaiki, sedangkan satu titik masih rusak jadi lori hanya bisa sampai titik longsor," kata dia.

Di lokasi longsor yang berkisar setengah perjalanan dari Desa Napal Putih menuju Lebong Tandai, penumpang harus turun dan berjalan kaki melintasi tebing longsor untuk berganti lori.

Para sopir dan warga berharap pemerintah memperhatikan akses transportasi satu-satunya warga desa yang berada di pinggir Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) itu.

Desa Lebong Tandai Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara merupakan pusat penambangan emas sejak masa pendudukan kolonial Belanda.

Kejayaan pertambangan emas masih berlanjut sebelum PT Lusang Mining perusahaan dalam negeri berhenti beroperasi pada 1990-an.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017