Bengkulu (Antara) - Pemerintah Desa Lebong Tandai Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, berencana mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang menyediakan sembilan bahan pokok sebab transportasi yang terputus akibat longsor sering membuat harga bahan pangan melonjak.

"Sudah sering terjadi longsor membuat akses transportasi putus jadi harga bahan pangan melonjak dan menyusahkan masyarakat," kata Kepala Desa Lebong, Supriadi, di Lebong Tandai, Jumat.

Ia mengatakan dalam kondisi jalur transportasi normal, harga sembilan bahan pokok yang dijual pemilik warung di desa itu juga sudah dua kali lipat dibanding harga di Napal Putih, ibu kota kecamatan sekaligus, desa terdekat dari Lebong Tandai.

Saat jalur rel kereta motor lori terputus akibat longsor, harga bahan pokok di desa itu dapat melonjak hingga tiga kali lipat sehingga menyulitkan perekonomian 310 kepala keluarga warga desa itu.

"Jalur rel kereta sudah banyak yang terancam putus karena besi rel banyak yang hilang dan sebagian sudah usang keropos," ucapnya.

Supriyadi pun mencontohkan longsor yang menghanyutkan satu jembatan besi di kilometer 15 dari Desa Lebong Tandai menuju Desa Napal Putih membuat jalur transportasi sempat terputus beberapa hari.

Saat itu harga bahan pokok pun melonjak tinggi seperti beras yang dijual Rp35 ribu per cupak atau setara isi 1,5 kilogram.

"Ini yang mendasari kami merencanakan pembuatan badan usaha milik desa yang bergerak di penjualan sembako dengan harga yang standar," ucapnya.

Mahalnya harga sembako, menurut kades, membuat warga yang 100 persen berprofesi sebagai penambang emas tradisional memiliki banyak tunggakan atau utang di warung penjual sembako.

Pola ekonomi yang menyulitkan masyarakat itu membuat perangkat desa melalui dana desa 2017 merencanakan pendirian badan usaha yang bergerak di bidang penjualan bahan pokok.

Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih merupakan salah satu desa terpencil yang berada di pinggir Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) bergarak 33 kilometer dari desa terdekat, Desa Napal Putih.

Desa ini dapat diakses hanya dengan motor lori, angkutan menggunakan kotak kayu dilengkapi mesin yang berjalan di atas rel lori yang digunakan mengangkut hasil tambang emas pada masa pendudukan kolonial Belanda.***4***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017