Kupang (Antara) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTT mengimbau kepada masyarakat di provinsi berbasis kepulauan itu agar mewaspadai peredaran uang palsu memasuki bulan Ramadhan dan Lebaran nantinya.

"Biasanya jelang atau saat perayaan hari besar keagamaan sering ada peredaran uang palsu. Oleh karena itu kami imbau masyarakat untuk berhati-hati-hati dengan maraknya kasus uang palsu tersebut," kata Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga kepada wartawan di Kupang, Selasa.

Hal ini disampaikannya sebagai bagian dari antisipasi peredaran uang palsu yang saat ini marak terjadi di wilayah NTT, dan terakhir di Kabupaten Kupang.

Menurut Naek yang harus diketahui oleh masyarakat menurutnya adalah menggunakan pedoman 3D, (dilihat, diraba dan diterawang) karena sangat mudah untuk diingat oleh masyarakat.

"Saya rasa prinsip 3D ini semua masyarakat sudah tahu. Tinggal bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari saja," tuturnya.

Ia mengatakan kasus peredaran uang palsu di NTT sendiri saat jika dihitung sejak 2015 sampai 2016 mengalami penurunan.

Untuk tahun 2015 tercatat ada 1001 lembar uang palsu yang sudah diedarkan dan ditemukan. Sementara itu untuk tahun 2016 sebanyak 395 lembar yang diedar.

"Dari sejumlah kasus peredaran uang palsu tersebut terdapat kurang lebih pecahan uang kertas palsu pecahan 100 ribu," ujarnya.

Disamping menggunakan metode 3D, Naek juga mengatakan bahwa cara paling mudah untuk membedakan uang palsu dengan mengidentifikasi benang pengaman yang terdapat di setiap uang asli.

"Sama kertasnya itu biasanya agak kasar, kalau uang palsu kertasnya tidak dari kapas, kalau bahan uang  dasar kapasnya jadi lebih kasar," tambahnya.

Lebih lanjut Naek mengatakan pihak BI sendiri juga terus mensosialisasikan jenis-jenis uang palsu yang sering beredar di masyarakat.

Hal ini, menurutnya bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat guna mengantisipasi beredarnya uang palsu tersebut.***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017