Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia memperkirakan tekanan laju inflasi Provinsi Bengkulu pada 2017 baru akan mereda pada triwulan III.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Endang Kurnia Saputra, di Bengkulu, Rabu, menyebutkan pada triwulan III, inflasi diperkirakan pada rentang 5,2-5,5 (year on year), lebih rendah dibandingkan triwulan II berada pada kisaran 6,2-6,6 persen.

"Pada triwulan III diperkirakan komponen `volatile foods` dan barang dengan harga ketetapan pemerintah angka inflasinya melambat," kata dia lagi.

Mereda tekanan terhadap bahan makanan, kata dia lagi, juga didorong karena Bengkulu memasuki musim panen diperkirakan berlangsung pada Juli sampai dengan Agustus 2017.

"Cuaca diperkirakan juga mulai membaik, dan tentu berdampak bagus dalam mendukung produksi perikanan tangkap," ujarnya pula.

Sedangkan sepanjang triwulan I dan II di 2017, kondisi cuaca terus menerus hujan, kondisi gelombang laut menjadi lebih ekstrem, hal itu membuat minim hasil perikanan tangkap.

Bahkan harga ikan laut di Kota Bengkulu naik cukup tinggi selama cuaca buruk tersebut.

Pada kondisi pasokan normal, harga ikan laut jenis tongkol dapat dibeli dengan Rp22 ribu per kilogram, sedangkan saat ini konsumen harus mengeluarkan uang lebih yakni sekitar Rp28 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram.

"Karena itu, nelayan menjadi salah satu perhatian kami. Penyaluran bantuan sosial untuk meningkatkan produktivitas nelayan, yakni dengan memberikan bantuan kapal dan peralatan tangkap," ujarnya pula.

Bantuan yang diberikan yakni sebanyak 12 kapal berukuran di bawah lima gross ton beserta peralatan tangkap, dan disalurkan kepada nelayan binaan Bank Indonesia di Kabupaten Mukomuko.***3***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017