London (Antara/Reuters) - China memegang kunci untuk menyelesaikan ancaman nuklir Korea Utara dan harus berbuat lebih banyak dengan menggunakan semua pengaruhnya guna menghadapi tetangganya itu, kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon pada Rabu.

"China memegang kuncinya, minyak ke Korea Utara mengalir dari China. China tidak hanya memiliki pengaruh, namun memiliki banyak tuas, yang dibutuhkan untuk mengubah perilaku Korea Utara," kata Fallon kepada radio BBC.

"Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis dan saya dan yang lain di pemerintahan sangat jelas bahwa kita harus betul-betul menggunakan setiap jalan diplomatik untuk membuat keadaan terkendali. Itu berarti bekerja secara saksama di New York selama beberapa hari ke depan untuk mendapatkan resolusi baru PBB. Itu berarti menerapkan sanksi dan memastikan diberlakukan dengan benar.

"Di atas segalanya, itu berarti memberi tekanan lebih besar pada China untuk berurusan dengan tetangganya tersebut," katanya.

Menurut kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, pengembangan bom hidrogen itu dilakukan di tengah peningkatan ketegangan wilayah menyusul dua uji peluru kendali antar benua (ICBM) Pyongyang pada Juli, yang dapat terbang hingga sekitar 10.000 kilometer dan diperkirakan menjangkau beberapa bagian dari daratan utama Amerika Serikat.

Di bawah kepemimpinan generasi ketiga, Kim Jong-un, Korea Utara berusaha mengembangkan perangkat nuklir kecil dan ringan, yang sesuai dengan peluru kendali balistik jarak jauh tanpa mempengaruhi jangkauannya, sehingga mampu bertahan setelah kembali memasuki atmosfer Bumi.

Korea Utara, yang mengembangkan kegiatan nuklir dan peluru kendalinya meskipun bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan menyebabkannya dikenai beberapa sanksi, "baru-baru ini berhasil" membuat kemajuan dalam pengembangan bom hidrogen yang akan dimuat dalam ICBM, menurut laporan KCNA.

"Bom-H, yang kekuatan peledaknya dapat disesuaikan dari puluhan kilo ton hingga ratusan kilo ton, merupakan senjata termonuklir bersifat multifungsi dengan kekuatan perusak yang hebat, meskipun diledakkan bahkan di tempat yang tinggi untuk serangan EMP (Electromagnetic Pulse) super kuat guna menyerang sesuai dengan tujuan strategis," kata KCNA.

Kim Dong-yub, seorang ahli militer di Institut Studi Timur Jauh pada Universitas Kyungnam, Seoul, merasa skeptis.

"Jika merujuk pada daya ledak puluhan sampai ratusan kilo ton, itu tampaknya bukan bom H yang sama sekali baru. Kemungkinan itu hanyalah perangkat nuklir yang diperkuat," kata Dong-yub, mengacu pada bom atom, yang menggunakan beberapa isotop hidrogen untuk meningkatkan daya ledak.

Daya ledak bom hidrogen dapat mencapai ribuan kilo ton, lebih kuat daripada bom nuklir, yang terakhir di uji Korea Utara pada September dengan kekuatan hanya sekitar 10 sampai 15 kilo ton, mirip dengan yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, pada 1945.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017