Bengkulu (Antara) - Program "Tropical Forest Conservation Action" (Aksi Pelestarian Hutan Tropis) Sumatera telah mendukung upaya perlindungan dan pelestarian seluas 300 ribu dari 1,3 juta hektare hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

"Selama lima tahun ini, program TFCA-Sumatera telah mendukung perlindungan dan pengamanan kawasan hutan seluas 300 ribu hektare," kata Koordinator Aliansi Konservasi Alam Raya (AKAR) Network Ema Fatma, Senin.

TNKS membentang di empat provinsi yakni Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

Taman Nasional Kerinci Sebelat.

Padat lokakarya akhir program bertajuk penyelamatan ekosistem bentang alam TNKS berbasis masyarakat yang digelar AKAR Network, Ema mengatakan program perlindungan dan pelestarian yang didukung TFCA-Sumatera berupa program patroli kolaboratif antara polisi hutan dengan masyarakat.

Program ini dilaksanakan oleh empat dari delapan lembaga anggota AKAR Network yakni Lembaga Tiga Beradik di Kabupaten Merain, Jambi, Institution Concervation Society (ICS) di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Yayasan Genesis di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu dan Lembaga Tumbuh Alami di Kabupaten Kerinci, Jambi.

"Program perlindungan dan pelestarian dalam bentuk patroli kolaboratif ini juga bagian dari pelestarian satwa kunci harimau Sumatera lewat patroli sapu jerat harimau," ucapnya.

Selain perlindungan dan pelestarian bentang alam, program yang didanai TCFA-Sumatera juga mencakup pengembangan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan.

Program pengembangan ekonomi masyarakat sekitar hutan salah satunya dilakukan LTA di wilayah Renah Pemetik, Kecamatan Air Hangat Timur, Kabupaten Kerinci.

Hutan Madapi di kawasan TNKS di Desa Pal Vlll, Kecamatan Bermani Ulu Raya.

Lembaga ini mendampingi masyarakat sekitar kawasan hutan untuk membudidayakan kopi arabika dengan sistem pendampingan sejak awal penyediaan bibit kopi.

Program ini terbukti mampu meningkatkan perekonomian masyarakat, bahkan menurunkan sejumlah perambah hutan TNKS untuk kembali ke tanah mereka di wilayah Renah Pemetik untuk bertanam kopi.

Direktur Program TFCA-Sumatera, Samedi mengatakan dukungan terhadap beberapa lembaga non-pemerintah dan perguruan tinggi di Pulau Sumatera diharapkan berkelanjutan dan berdampak positif bagi konservasi dan ekonomi masyarakat sekitar hutan.

"Berkelanjutan artinya walaupun program sudah berakhir tapi dampaknya tetap jalan, tidak putus," katanya.

Samedi mengatakan secara khusus ingin melihat langsung program pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dengan mengembakan kopi arabika yang didampingi LTA Kerinci.

Program TFCA adalah sebuah skema pengalihan utang untuk lingkungan (debt for nature swap) antara Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Pemerintah Indonesia (RI) berdasarkan Undang-Undang Konservasi Hutan Tropis AS tahun 1998.

Skema ini dapat digunakan sebagai mekanisme untuk mengurangi utang luar negeri bagi negara-negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang tinggi kepada Pemerintah AS.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017