Rejang Lebong (Antara) - Kalangan perajin gula merah di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan peredaran gula merah oplosan sehingga berimbas terhadap produksi mereka.

"Adanya peredaran gula merah oplosan ini sangat merugikan. Pemasaran gula murni yang kami hasilkan jadi menurun, peredaran gula oplosan ini sudah terjadi sejak lama," kata Marno, salah seorang perajin gula merah yang ada di Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Minggu.

Gula merah oplosan tersebut, kata dia, ialah gula merah yang terbuat dari air nira aren sudah rusak kemudian dimasak kembali dengan menambahkan gula pasir. Gula merah oplosan ini sekilas mirip dengan gula batok asli, cuma yang membedakan gula ini teksturnya keras dan tidak cepat leleh serta timbangannya lebih berat dari gula asli.

"Kalau satu batok kelapa gula aren yang biasa beratnya paling tinggi 1 kg, gula yang sudah dioplos ini beratnya bisa 1,3 kg. Selain itu gulanya keras dan tidak mudah leleh, jadi walaupun dijemur tidak akan meleleh," ujarnya.

Deretan pohon aren yang ada di kebun warga Desa Air Meles Atas.

Adanya peredaran gula merah oplosan ini, selain berimbas kepada penurunan penjualan juga menyebabkan harga jualnya mengalami penurunan. Saat ini harga jual gula batok ditingkatan perajin berkisar Rp12.00-12.500 per kg dari Rp15.000 per kg harga sebelumnya.

Sementara itu Kepala Desa Air Meles Atas, Mahyono saat ditemui mengatakan, turunnya harga jual gula batok asal daerah itu karena saat ini sedang memasuki musim paceklik yang terjadi di beberapa daerah yang menjadi lokasi pemasaran terbanyak yakni di wilayah Provinsi Sumsel.

"Saat ini di wilayah Sumsel yang menjadi tempat pemasaran gula batok ini sedang paceklik, disana harga sawit maupun karet sedang turun sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Coba kalau harga sawit dan karet lagi mahal, semua yang dijual laku dan naik semua," katanya.

Gula batok asal daerah itu kata Mahyono paling diminati masyarakat Sumsel, karena menjadi bahan utama pembuatan kuah empek-empek atau "cuko" maupun untuk pembuatan es campur dan aneka kue.

Berdasarkan catatan dirinya, produksi gula batok yang dihasilkan warga setempat setiap harinya mencapai 4 ton. Gula ini dihasilkan oleh 400-an perajin gula aren, dimana 350 perajin merupakan penduduk asli Desa Air Meles Atas, dengan rata-rata produksi perharinya setiap perajib antara 2 kg hingga 20 kg.***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017