Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Warga yang bermukim di Pulau Enggano, pulau terluar yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) sehingga aktivitasnya terganggu, termasuk keberangkatan pelajar menuju sekolah.
"Sudah dua minggu ini BBM tidak ada di warung pengecer, termasuk di stasiun pengisian bahan bakar umum yang baru diresmikan," kata Zakaria Kauno, warga Desa Malakoni, Kecamatan Enggano di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan dua pekan terakhir, BBM mulai sulit didapatkan. Bahkan para pelajar mulai terganggu khususnya pelajar SMA yang setiap hari menggunakan kendaraan bermotor roda dua ke sekolah.
BBM, kata Zakaria, merupakan kebutuhan vital masyarakat di pulau terluar berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu itu.
Kehadiran SPBU yang baru diresmikan pada November 2017 sempat membuat masyarakat gembira sebab harga BBM yang dijual di SPBU tersebut sama dengan harga BBM yang dijual di SPBU Kota Bengkulu.
"Tapi ternyata pasokan belum lancar juga. Padahal masyarakat sudah berharap BBM akan terjamin ada kalau SPBU sudah berdiri," ucapnya.
Sebelumnya, PT Pertamina menggandeng salah satu koperasi mendirikan SPBU di Desa Malakoni, Pulau Enggano. Peresmian SPBU Kompak itu digelar di Pulau Enggano pada November 2017.
Sementara Manajer Region Communication & CSR Pertamina Sumbagsel, Hermansyah mengatakan pengiriman BBM ke Pulau Enggano terkendala kapal feri yang sedang "docking" atau perawatan rutin di Jakarta.
Pengiriman BBM ke pulau yang dihuni ribuan penduduk itu berlangsung pada 24 Desember 2017 sebelum kapal feri Pulo Tello menjalani perawatan rutin.
"Rencana dari ASDP kapal feri akan kembali berlayar dalam minggu ini," ucapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, PT Pertamina berupaya mengirim sebanyak lima kilo liter BBM menggunakan kapal perintis Sabuk Nusantara.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Sudah dua minggu ini BBM tidak ada di warung pengecer, termasuk di stasiun pengisian bahan bakar umum yang baru diresmikan," kata Zakaria Kauno, warga Desa Malakoni, Kecamatan Enggano di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan dua pekan terakhir, BBM mulai sulit didapatkan. Bahkan para pelajar mulai terganggu khususnya pelajar SMA yang setiap hari menggunakan kendaraan bermotor roda dua ke sekolah.
BBM, kata Zakaria, merupakan kebutuhan vital masyarakat di pulau terluar berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu itu.
Kehadiran SPBU yang baru diresmikan pada November 2017 sempat membuat masyarakat gembira sebab harga BBM yang dijual di SPBU tersebut sama dengan harga BBM yang dijual di SPBU Kota Bengkulu.
"Tapi ternyata pasokan belum lancar juga. Padahal masyarakat sudah berharap BBM akan terjamin ada kalau SPBU sudah berdiri," ucapnya.
Sebelumnya, PT Pertamina menggandeng salah satu koperasi mendirikan SPBU di Desa Malakoni, Pulau Enggano. Peresmian SPBU Kompak itu digelar di Pulau Enggano pada November 2017.
Sementara Manajer Region Communication & CSR Pertamina Sumbagsel, Hermansyah mengatakan pengiriman BBM ke Pulau Enggano terkendala kapal feri yang sedang "docking" atau perawatan rutin di Jakarta.
Pengiriman BBM ke pulau yang dihuni ribuan penduduk itu berlangsung pada 24 Desember 2017 sebelum kapal feri Pulo Tello menjalani perawatan rutin.
"Rencana dari ASDP kapal feri akan kembali berlayar dalam minggu ini," ucapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, PT Pertamina berupaya mengirim sebanyak lima kilo liter BBM menggunakan kapal perintis Sabuk Nusantara.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018