Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Sejumlah mahasiswa dan dosen Jurusan Kelautan Universitas Bengkulu serta pegiat olah raga selam yang bergabung dalam "Rafflesia Bengkulu Diving Club" membuat penangkaran penyu di kawasan wisata Tapak Paderi, pesisir Kota Bengkulu.
"Ini bentuk tanggungjawab terhadap pelestarian lingkungan, salah satunya untuk biota laut penyu yang dilindungi," kata Pendiri Rafflesia Bengkulu Diving Club (RBDC), Ari Anggoro di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan penyu yang ditangkar di lokasi itu akan didatangkan dari Pulau Tikus, pulau kecil berjarak tujuh mil dari Kota Bengkulu.
Selama ini menurut Ari, penangkaran penyu secara sukarela yang dilakukan warga di Pulau Tikus menemui berbagai kendala, terutama pemeliharaan anak penyu atau tukik.
"Karena itu kami mengambil inisiatif untuk proses pembesaran tukik di Tapak Paderi setelah penetasan di pantai Pulau Tikus," kata Dosen Jurusan Kelautan Universitas Bengkulu ini.
Lokasi penangkaran penyu tersebut lanjut Ari akan diarahkan sebagai wisata edukasi tentang pesisir dan kelautan.
Saat ini, anggota komunitas tengah membangun bak penangkaran penyu yang terdapat di tepi Pantai Tapak Paderi.
Anak penyu atau tukik yang menetas di pesisir Pulau Tikus akan dirawat sekitar satu hingga dua bulan di lokasi penangkaran sebelum dilepasliarkan ke habitatnya.
"Kami juga akan melibatkan kelompok nelayan tradisional untuk pelestarian penyu pesisir Bengkulu," kata dia.
Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, ada tujuh jenis penyu di dunia dan enam jenis hidup di perairan Indonesia.
"Dari enam jenis penyu di perairan Indonesia, empat jenis tercatat mendarat dan bertelur di pesisir Bengkulu," kata Kepala Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BKSDA Bengkulu-Lampung, Said Jauhari.
Empat jenis penyu yang singgah dan bertelur di pesisir Bengkulu yakni penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu pipih (Natator depressus), dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae).***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Ini bentuk tanggungjawab terhadap pelestarian lingkungan, salah satunya untuk biota laut penyu yang dilindungi," kata Pendiri Rafflesia Bengkulu Diving Club (RBDC), Ari Anggoro di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan penyu yang ditangkar di lokasi itu akan didatangkan dari Pulau Tikus, pulau kecil berjarak tujuh mil dari Kota Bengkulu.
Selama ini menurut Ari, penangkaran penyu secara sukarela yang dilakukan warga di Pulau Tikus menemui berbagai kendala, terutama pemeliharaan anak penyu atau tukik.
"Karena itu kami mengambil inisiatif untuk proses pembesaran tukik di Tapak Paderi setelah penetasan di pantai Pulau Tikus," kata Dosen Jurusan Kelautan Universitas Bengkulu ini.
Lokasi penangkaran penyu tersebut lanjut Ari akan diarahkan sebagai wisata edukasi tentang pesisir dan kelautan.
Saat ini, anggota komunitas tengah membangun bak penangkaran penyu yang terdapat di tepi Pantai Tapak Paderi.
Anak penyu atau tukik yang menetas di pesisir Pulau Tikus akan dirawat sekitar satu hingga dua bulan di lokasi penangkaran sebelum dilepasliarkan ke habitatnya.
"Kami juga akan melibatkan kelompok nelayan tradisional untuk pelestarian penyu pesisir Bengkulu," kata dia.
Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, ada tujuh jenis penyu di dunia dan enam jenis hidup di perairan Indonesia.
"Dari enam jenis penyu di perairan Indonesia, empat jenis tercatat mendarat dan bertelur di pesisir Bengkulu," kata Kepala Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BKSDA Bengkulu-Lampung, Said Jauhari.
Empat jenis penyu yang singgah dan bertelur di pesisir Bengkulu yakni penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu pipih (Natator depressus), dan penyu belimbing (Dermochelys coriaceae).***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018