Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Aktivis lingkungan bersama ahli dari lembaga internasional Water Keeper meneliti kualitas air laut di sekitar kolam Pelabuhan Pulau Baai, kawasan tapak proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.

"Ini riset awal untuk menentukan kualitas air sebelum PLTU batu bara dibangun dan beroperasi," kata staf Kajian dan Kampanye Kanopi Bengkulu, Suarli Sarim di Bengkulu, Jumat.

Pengambilan sampel tersebut sekaligus sebagai bahan latihan cara menguji kualitas air guna mengetahui tingkat pencemaran air di sekitar pembangkit listrik.

Pengambilan sampel tersebut dipandu langsung oleh Juru Kampanye Energi Internasional dari Waterkeeper Alliance Paul Winn yang selama tiga hari terakhir memberikan teori cara menguji kualitas air di sekitar pertambangan batu bara dan PLTU batu bara.

"Kami belajar tentang menguji kualitas air dan langsung mengambil sampel air di sekitar tapak proyek PLTU batu bara," ucap Suarli.

Hasil riset awal tersebut akan menjadi dasar argumen untuk mengetahui dampak pencemaran limbah PLTU batu bara terhadap air laut bila pembangkit tersebut telah beroperasi.

Pembangunan PLTU batu bara di area kompleks milik PT Pelindo itu sebelumnya telah ditolak warga Kelurahan Teluk Sepang.

Masyarakat resah dengan pencemaran udara dan air yang akan ditimbulkan bila pembangkit berkapasitas 2 x 100 megawatt (MW) itu beroperasi dengan jarak hanya 1,5 kilometer dari permukiman mereka.

Diketahui, batu bara yang dibakar di PLTU akan memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan SO3yang merupakan kontributor utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi PM 2.5 (partikulat debu melayang).

Berdasarkan penelitian Universitas Harvard, sebanyak 16.500 jiwa bisa meninggal setiap tahun akibat debu terbang dari PLTU batu bara.

Pewarta: Helti Marini S

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018