Mataram (ANTARA Bengkulu) - Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Bakesbangpoldagri)  Nusa Tenggara Barat H Nasibun mengatakan, pemahaman masyarakat mengenai pondok pesantren beraliran keras perlu diluruskan agar tidak menimbulkan persepsi keliru.

"Pemahaman tentang Islam perlu secara utuh tanpa bermaksud  mendiskreditkan kelompok mana pun, karena pada intinya Islam itu mengajarkan kedamaian dalam rangka mengesakan Allah," katanya di Mataram, Minggu.

Ia mengatakan, paham yang mengacu pada dalil-dalil Al Quran dan Hadits yang "mutawatir", kemudian dinilai pihak lain terlalu keras atau moderat, hendaknya dipahami sebagai khasanah pemikiran Islam saat ini.

Di sisi lain, muncul pula penilaian mendukung kelompok nonmuslim.  "Semuanya itu mari kita pandang sebagai bangunan Islam yang utuh dan sebagai umat yang satu. Jangan kita pecah belah diri kita," ujarnya.

Terkait dengan pondok pesantren Umar bin Khatab (UBK) Bima, Nasibun mengatakan, pihak Polda NTB tidak pernah menilai UBK sebagai pondok pesantren sarang teroris.

"Ini yang harus dicatat. Saya merespons positif karena fokus menangani kasus itu dengan tidak melebar ke persoalan lain," katanya.

Menurut Nasibun, inilah pola yang harus dipertahankan kalau ingin merajut kebersamaan dan kesatuan bangsa dan negara agar bisa lebih maju dan dinamis dalam berpikir serta lebih waspada melihat kepentingan bangsa lain yang ingin merongrong keutuhan bangsa ini.  

"Ini yang relatif kurang sekarang. Kita melihat diri kita terlalu berlebihan, kemudian mengkritik pihak lain  dalam bangsa kita sendiri, sementara oarng lain kita biarkan leluasa masuk dengan kepentingannya," katanya.

Dia mengatakan, kondisi ini merupakan salah satu indikator kewaspadaan yang sedang melemah terhadap infiltrasi dan agitasi dari bangsa lain. Karena itu mari bersama-sama kembali kepada pilar bangsa yang utama dasar  negara, yakni Pancasila.

"Pancasila adalah rumah bersama dan ideologi bangsa dan dasar  negara. Mari kita isi bersama-sama oleh seluruh lapisan dan komponen bangsa untuk menangkal kepentingan bangsa lain yang mengembangkan sekularisme yang membuahkan materialistik dan melahirkan generasi liberalisme," kata Nasibun.

Selanjutnya, kata dia, akan melahirkan generasi "hedonistik", yakni pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan yang menyakitkan.

"Ini yang berbahaya bagi bangsa karena tidak sesuai dengan ideologi bangsa kita. ini yang harus diwaspadai," katanya.

Nasibun mengatakan, coba renungkan, Pancasila saat ini sedang digulung oleh paham ideologi bangsa lain, yakni liberalisme dan kapitalisme yang pada awal abad ke-18 melahirkan kolonialisme, namun sekarang seakan-akan diberikan keleluasaan kembali masuk.(ant)

Pewarta:

Editor : Ferri Aryanto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012