Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Beragam kuliner langka seperti bubur sekoi dari biji jewawut dan bubur perenggi dari labu kuning yang muncul saat bulan Ramadhan, diminati masyarakat Kota Bengkulu sebagai penganan berbuka puasa.
"Kami sengaja menyajikan kuliner yang unik, khas dan sudah jarang dijual atau langka, dan sangat diminati masyarakat," kata pemilik kedai Kopi Sle, Bagus di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan beraneka ragam menu berbuka puasa yang dijual di kedai tersebut mengandalkan pangan lokal sebagai bahan baku.
Selain biji jewawut atau dalam bahasa Suku Serawai Bengkulu disebut dawai, ia juga menyediakan bubur berbahan dasar sukun.
?Biji jewawut atau bubur sekoi kami campur dengan pisang jantan sehingga ada rasa asam sebagai penyeimbang,? ucapnya.
Bagus mengatakan selain kaya vitamin, makanan berbahan baku lokal tersebut juga mulai tersingkir dari jajaran kuliner lokal.
Lewat momen Ramadhan kata dia, menu-menu yang sebelumnya akrab dengan perut masyarakat Bengkulu kembali diperkenalkan.
?Dari sisi rasa dan kandungan gizinya sama sekali tidak kalah tapi semakin ditinggalkan karena beberapa faktor, termasuk kalah bersaing,? kata dia.
Ia mencontohkan biji jewawut dalam berbagai studi mengungkapkan kandungan nutrisi yang lebih baik dibanding jagung dan beras. Kandungan gizi yang dipunyainya meliputi karbohidrat 84,2 persen, protein 10,7 persen, lemak 3,3 persen, serat 1,4 persen, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14.
Menu berbuka puasa tersebut juga dijual dengan harga yang cukup murah dan terjangkau yakni Rp5.000 per porsi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Kami sengaja menyajikan kuliner yang unik, khas dan sudah jarang dijual atau langka, dan sangat diminati masyarakat," kata pemilik kedai Kopi Sle, Bagus di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan beraneka ragam menu berbuka puasa yang dijual di kedai tersebut mengandalkan pangan lokal sebagai bahan baku.
Selain biji jewawut atau dalam bahasa Suku Serawai Bengkulu disebut dawai, ia juga menyediakan bubur berbahan dasar sukun.
?Biji jewawut atau bubur sekoi kami campur dengan pisang jantan sehingga ada rasa asam sebagai penyeimbang,? ucapnya.
Bagus mengatakan selain kaya vitamin, makanan berbahan baku lokal tersebut juga mulai tersingkir dari jajaran kuliner lokal.
Lewat momen Ramadhan kata dia, menu-menu yang sebelumnya akrab dengan perut masyarakat Bengkulu kembali diperkenalkan.
?Dari sisi rasa dan kandungan gizinya sama sekali tidak kalah tapi semakin ditinggalkan karena beberapa faktor, termasuk kalah bersaing,? kata dia.
Ia mencontohkan biji jewawut dalam berbagai studi mengungkapkan kandungan nutrisi yang lebih baik dibanding jagung dan beras. Kandungan gizi yang dipunyainya meliputi karbohidrat 84,2 persen, protein 10,7 persen, lemak 3,3 persen, serat 1,4 persen, Ca 37 mg, Fe 6,2 mg, vitamin C 2,5, vitamin B1 0,48, dan vitamin B2 0,14.
Menu berbuka puasa tersebut juga dijual dengan harga yang cukup murah dan terjangkau yakni Rp5.000 per porsi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018