Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Bekerja di luar negeri dan harus berpisah dari sanak keluarga, mungkin tak pernah terbayang di benak Sri Wahyuni (38).

Perempuan asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah, ini harus rela berpisah dengan sanak keluarganya sejak dia memutuskan menjadi pekerja migran di Hongkong sejak tujuh tahun silam.

Terlebih lagi saat bulan Ramadhan seperti saat ini, wanita yang telah dikaruniai seorang putri ini semakin merasa kesepian, apalagi di Hongkong masih sedikit masyarakat yang memeluk Islam.

"Kalau sahur ya seadanya, minum makanan energi dan susu cokelat serta segelas air putih, itu sudah cukup," ujarnya.

Saat berbuka puasa, dia hanya bisa membatalkan puasa dengan tegukan minuman dan beberapa makanan ringan. "Untuk makan berat, nanti makan bersama majikan pada jam 8 atau 9 malam," tutur Sri Wahyuni melalui pesan singkat.

Diapun mengaku jarang sholat tarawih berjamaah di masjid, ibadah tersebut dijalaninya menjelang tidur. "Kalaupun bisa sholat tarawih di masjid itupun harus mendapatkan izin dari majikan atau pas hari Minggu," kata perempuan berkulit putih ini.

Sri Wahyuni pun sering berkomunikasi dengan temannya sesama pekerja migran di Hongkong, dan cuma bisa melihat foto-foto rekannya berbuka bersama  di handphone.

Namun terkadang saat menunggu waktu berbuka, dia kumpul bersama teman seperjuangan di bawah apartemen tempat bekerja, sambil membaca kitab suci. Ini hanya bisa dilakukan saat libur setiap pekan.

Menu buka sederhana pun menjadi pembatal puasa yang sebelumnya dirapali doa-doa agar ibadahnya bisa diterima Sang Khalik dan mereka selalu dilimpahi kesehatan.

Dia mengaku ikhlas menjalani semua itu selama bertahun-tahun karena mungkin sudah seperti itulah jalan kehidupan yang harus dilaluinya agar bisa menguliahkan anak semata wayang di kampung halaman.

Perempuan yang akrab disapa Yuni pun berharap bisa mengakhiri petualangannya di Hongkong beberapa tahun lagi agar bisa lebih dekat dengan keluarga dan mengawasi perkembangan anaknya.

Di kampung halaman dia berencana membuat jasa terapi kesehatan yang dipelajarinya di Hongkong setahun terakhir. Semoga sukses. 

Pewarta: Riski Maruto

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018