Bengkulu,  (ANTARA Bengkulu) - Seekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatrae) melewati masa malnutrisi setelah dirawat lebih dari setahun oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu bersama sejumlah relawan.

Koordinator Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat Bengkulu Utara, Erni Suyanti Musabine, di Bengkulu, Jumat mengatakan anak gajah yang diberi nama Bona itu saat ini dalam kondisi terbaik, setelah sebelumnya mengalami malnutrisi.

"Selama enam bulan perawatan intensif yang dibantu oleh tiga relawan asal Australia telah mengembalikan kesehatan Bona karena sebelumnya sudah mengalami malnutrisi," katanya.

Anak gajah berusia dua tahun itu ditemukan terlunta-lunta sendirian di sekitar perkebunan PT Alno saat berusia enam bulan.

Konflik antara manusia dengan gajah yang semakin tinggi diduga menjadi penyebab anak gajah itu terpisah dari kelompoknya.

"Kuat dugaan kami, induk anak gajah ini sudah mati karena pada 2011 ditemukan tujuh kasus gajah mati," tambahnya.

Penemuan "Bona" kata dia berawal dari laporan karyawan perusahaan perkebunan sawit PT Alno yang berbatasan dengan PKG Seblat, tentang adanya seekor anak gajah yang tersesat di perkebunan itu.

Setelah menerima laporan itu tim langsung melakukan penyelamatan dan membawa Bona ke PKG Seblat.

Saat ditemukan, kondisi gajah itu sangat lemah karena diperkirakan sudah 15 hari terlunta-lunta di dalam perkebunan sawit tanpa makanan.

Menurut Erni yang juga dokter satwa liar BKSDA, dalam usia enam bulan bayi gajah hanya mengkonsumsi susu dan tidak pernah jauh dari induknya.

Perawatan intensif langsung diberikan oleh petugas BKSDA di PKG Seblat yang sebagian besar adalah pawang gajah atau mahout dari 18 gajah binaan di PKG itu.

Dana yang terbatas membuat perawatan Bona mengalami tantangan. Sebab, anak gajah itu hanya mengkonsumsi susu nabati atau kedelai dengan harga Rp180 ribu per kaleng yang dihabiskan dalam sehari.

"Sedangkan biaya perawatan gajah binaan untuk sehari hanya Rp50.000, kami kesulitan merawat Bona sehingga bantuan donatur sangat diharapkan," tambahnya.

Kehadiran tiga relawan asal Australia yakni Bruce Levick, Mandy French dan Murray Munro yang melakukan penggalangan dana ke dunia internasional membuat perawatan terhadap anak gajah betina itu dapat berlangsung hingga kini. (rni)

Pewarta:

Editor : Zulkifli Lubis


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012