Bengkulu Selatan (Antaranews Bengkulu) - Gulai pelus (ikan sidat) kini menjadi menu andalan dan menjadi masakan warisan masyarakat Desa Muara Pulutan, Kabupaten Bengkulu Selatan, karena rasanya yang khas dan kaya rempah.
Dutimah, warga Desa Muara Pulutan, yang ditemui akhir pekan ini, mengaku sudah menjadi penjual gulai pelus sejak 25 tahun silam.
Ilmu mengolah ikan sidat menjadi gulai bersantan dengan rasa gurih diwariskan dari neneknya yang merupakan warga Desa Muara Pulutan dari Suku Serawai.
Dutimah adalah penduduk Serawai pertama yang membangun rumah makanan di Desa Muara Pulutan, dengan menyajikan gulai pelus sebagai menu andalan yang makin memikat konsumen.
Kemudian disusul warga lainnya yang juga menjual menu serupa. Mereka membangun puluhan rumah makan yang terbuat dari bilah-bilah bambu di sepanjang tepian Sungai Bengkenang dengan latar pemandangan tebing batu yang ditutupi tirai tumbuhan hijau merambat dan perkebunan kelapa sawit.
"Gulai pelus adalah salah satu menu lokal masyarakat Serawai yang diracik dengan santan kental dan rempah. Aroma bumbunya harus kuat agar tidak anyir," kata perempuan berusia 48 tahun ini.
Saat ini, desanya telah menjadi salah satu pusat kuliner Kabupaten di Bengkulu Selatan. Setiap hari seribuan orang berdatangan hanya untuk melepaskan hasrat lapar dengan mencicipi kuliner lokal.
"Ketika pertama kali saya membuka rumah makan, 25 tahun lalu, daerah ini masih diselimuti hutan. Pembeli hanyalah para petani dan pengendara yang kebetulan melintas. Saat itu, jumlah rumah makan belum seramai sekarang," ceritanya.
Selain gulai pelus, sejumlah warung makan juga menyediakan gulai ikan palau, ikan mas dan ikan mungkus. Sementara, nasinya dibungkus daun pisang. Sedangkan minuman yang paling identik dengan menu tersebut adalah jeruk nipis yang dicampur kuning telur.
"Terdapat ikatan emosional yang muncul berkat waktu yang dihabiskan bersama-sama di meja makan. Orang-orang berbicara tentang berbagai macam dari asmara, sosial, ekonomi hingga politik di sini," ungkapnya.
Selagi para pedagang makin ramai makanan menyajikan kuliner bersantan, pemerintah setempat tengah mengembangkan desa kuliner di Bengkulu Selatan.
"Kami sedang merancang desa kuliner dan mengembangkan budaya masyarakat setempat," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkulu Selatan Yulian Fauzi.
Kuliner yang dimiliki masyarakat desa, sambungnya, menjadi sumber potensial yang akan dikembangkan secara terpadu agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
Dutimah, warga Desa Muara Pulutan, yang ditemui akhir pekan ini, mengaku sudah menjadi penjual gulai pelus sejak 25 tahun silam.
Ilmu mengolah ikan sidat menjadi gulai bersantan dengan rasa gurih diwariskan dari neneknya yang merupakan warga Desa Muara Pulutan dari Suku Serawai.
Dutimah adalah penduduk Serawai pertama yang membangun rumah makanan di Desa Muara Pulutan, dengan menyajikan gulai pelus sebagai menu andalan yang makin memikat konsumen.
Kemudian disusul warga lainnya yang juga menjual menu serupa. Mereka membangun puluhan rumah makan yang terbuat dari bilah-bilah bambu di sepanjang tepian Sungai Bengkenang dengan latar pemandangan tebing batu yang ditutupi tirai tumbuhan hijau merambat dan perkebunan kelapa sawit.
"Gulai pelus adalah salah satu menu lokal masyarakat Serawai yang diracik dengan santan kental dan rempah. Aroma bumbunya harus kuat agar tidak anyir," kata perempuan berusia 48 tahun ini.
Saat ini, desanya telah menjadi salah satu pusat kuliner Kabupaten di Bengkulu Selatan. Setiap hari seribuan orang berdatangan hanya untuk melepaskan hasrat lapar dengan mencicipi kuliner lokal.
"Ketika pertama kali saya membuka rumah makan, 25 tahun lalu, daerah ini masih diselimuti hutan. Pembeli hanyalah para petani dan pengendara yang kebetulan melintas. Saat itu, jumlah rumah makan belum seramai sekarang," ceritanya.
Selain gulai pelus, sejumlah warung makan juga menyediakan gulai ikan palau, ikan mas dan ikan mungkus. Sementara, nasinya dibungkus daun pisang. Sedangkan minuman yang paling identik dengan menu tersebut adalah jeruk nipis yang dicampur kuning telur.
"Terdapat ikatan emosional yang muncul berkat waktu yang dihabiskan bersama-sama di meja makan. Orang-orang berbicara tentang berbagai macam dari asmara, sosial, ekonomi hingga politik di sini," ungkapnya.
Selagi para pedagang makin ramai makanan menyajikan kuliner bersantan, pemerintah setempat tengah mengembangkan desa kuliner di Bengkulu Selatan.
"Kami sedang merancang desa kuliner dan mengembangkan budaya masyarakat setempat," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkulu Selatan Yulian Fauzi.
Kuliner yang dimiliki masyarakat desa, sambungnya, menjadi sumber potensial yang akan dikembangkan secara terpadu agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018