Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Perum Bulog Divisi Regional Provinsi Bengkulu menargetkan produksi beras sachet atau kemasan renteng mampu menembus pasar Sumatera.

Kepala Bulog Divre Bengkulu Bengkulu, Dedi Sabetra di Bengkulu, Jumat, menyebutkan, produksi beras kemasan renteng dimulai sejak awal triwulan ketiga 2018.

"Kami sudah mencoba memasarkan ke luar Bengkulu, saat ini baru mencapai Provinsi Jambi, tapi tetap berencana merambah seluruh Sumatera," kata dia.

Beras yang diproduksi menjadi kemasan renteng ini menurut Dedi, merupakan komoditas hasil pertanian Provinsi Bengkulu.

"Pemenuhannya kami upayakan dari menyerap beras lokal di sini, tapi karena jumlah pasokan beras Bengkulu belum mampu memenuhinya, kita masih ambil beras Lampung dan Sulawesi Selatan," katanya.

Namun jika produksi beras Bengkulu kedepannya mampu memenuhi bahan baku komoditas beras renteng ini, maka Bulog tentunya cukup menggunakan komoditas setempat.

Kendala tidak terpenuhinya bahan produksi dari komoditas Bengkulu saja disebabkan karena sampai mejelang akhir triwulan ketiga, Bengkulu baru satu kali periode panen raya, dan diprediksi periode keduanya pada akhir September 2018.

"Jadi serapannya sedikit, hanya 27 persen atau 2.000 ton, oleh sebab itu kita datangkan beras Lampung dan Sulawesi Selatan, jadi stok sekarang hampir 4.000 ton, walaupun didatangkan, tetap beras lokal, bukan impor," ucap Dedi.

Dengan program beras sachet ini, harapannya, Bulog mampu menyerap cukup banyak hasil pertanian lokal, sehingga para petani memiliki banyak pilihan dalam memasarkan komoditas mereka, tidak hanya ke tengkulak, tauke atau pengepul saja.

Selain itu, masyarakat juga mendapat kemudahan dengan adanya beras sachet atau renteng ini, oleh karena harganya terjangkau.

"Ya ketika masyarakat kita membutuhkan beras, sementara saat itu misalnya keterbatasan biaya. Atau memang lagi perlu beras, tapi tidak dalam jumlah banyak, jadi beras sachet bisa menjadi pilihan," ujarnya.

Pewarta: Boyke ledy watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018