Bengkulu Selatan (Antaranews Bengkulu) - Beberapa perajin tahu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, memperkecil ukuran produk mereka sebab harga kedelai meninggi akibat nilai tukar dolar AS menguat.

"Kami tidak menaikan harga jual tetapi hanya mengurangi ukuran saja. Cara ini kami lakukan untuk menyiasati mahalnya harga kedelai impor saat ini," ujar Basri, salah seorang perajin tahu pong di Manna, Jumat.

Adanya kenaikan harga kedelai impor yang telah menyentuh angka Rp7.900 per kg dari sebelumnya Rp7.700 per kg tersebut, kata dia, sangat memberatkan perajin tahu karena menambah biaya produksi.

Basri setiap hari membutuhkan bahan baku berupa 200 kg kedelai impor. Kedelai impor ia gunakan karena kualitasnya lebih bagus dibandingkan produksi lokal.

Sementara itu Sundoyo, perajin tahu lain di Kota Manna mengatakan, setiap bulan membutuhkan hingga tiga ton kedelai impor.

"Usaha ini harus tetap berproduksi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau ini mogok justru mempersulit keadaan, karena usaha ini untuk biaya sekolah anak dan keperluan makan sehari-hari," ucapnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkulu Selatan, Sukarni Dunip menuturkan, pemerintah menyediakan program penanaman kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan pasar, akan tetapi minat petani rendah.

"Jumlah produksi kedelai lokal per hektare berkisar 1-2 ton, sedangkan harga jualnya cukup murah hanya Rp5.000 per kg. Tetapi petani di sini lebih tertarik menanam produk hortikultura jenis lain seperti jagung karena lebih menguntungkan," jelasnya.

Pewarta: Sugiharto P

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018