Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Angka kematian ibu akibat kehamilan,  melahirkan serta nifas salah satu indikator keberhasilan pembangunan, terutama bidang kesehatan.

“Dijadikannya sebagai indikator karena hal itu menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu serta kondisi kesehatan lingkungan,” kata Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Hilaluddin Nasir, di Bengkulu, Selasa.

Dengan kondisi tersebut, katanya menggambarkan status kesehatan reproduksi perempuan yang merupakan isyarat kuat dalam kemajuan secara keseluruhan suatu bangsa. Baik dari aspek ekonomi, sosial yang merupakan komponen fundamental dari pembangunan.  
    
Dalam menurunkan angka kematian ibu pada masa kehamilan, kelahiran serta masa nifas di daerah ini diperlukan penangganan secara serius, hal itu disebabkan peristiwa kematian terhadap ibu melahirkan masih tinggi.
     

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Bengkulu pada 2010 angka kematian ibu masih berada pada angka 115/100.000 kelahiran hidup. Mengacu pada sasaran pembangunan millennium (MDGs) 2015 harus mencapai angka 102/100.000 kelahiran hidup.
     
Upaya menekan angka kematian terhadap ibu hamil hingga pasca kelahiran diperlukan penggerakan advokasi serta edukasi program pengaturan kehamilan melalui keluarga berencana, baik mulai dari perencanaan perkawinan, kehamilan.

Dikatahui dalam mengatasi hal itu masih terdapat tiga tantangan yang cukup berat baik ditingkat nasional maupun daerah. Pertama disebabkan  transisi demografi yang membentuk proporsi angka wanita usia subur cukup tinggi.

Desentralisasi kesehatan juga bagian dari tantangan itu, mengakibatkan definisi peran dan tangung jawab pemerintah daerah dan pusat dalam pelayanan kesehatan. Bahkan tantangan lainnya keterbatasan pelayanan public terutama bagi masyarakat di wilayah tertinggal, terpencil dan perbatasan.

Sebagai refrensi dalam mengatasi hal itu, angka kelahiran dan usia perkawinan pertama  di daerah ini menunjukkan kondisi yang masih memprihatinkan. Berdasarkan hasil SP 2010 mencatat angka kelahiran bayi tiap wanita (total fertility rate) berkeluarga masih pada angka 2,51 /wanita.

Sementara, usia perkawinan pertama di Bengkulu menunjukkan kondisi yang memerlukan langkah pendekatan baru, berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2007 usia perkawinan pertama masih pada posisi usia 19,3 tahun.(rs/rga)  

Pewarta:

Editor : Rangga Pandu Asmara Jingga


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012