Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Produktivitas kopi robusta asal Provinsi Bengkulu saat ini terbilang masih rendah, yakni perhektare-nya dalam setahun baru menghasilkan 700 killogram biji kopi kering.

"Produktivitas rendah hanya 0,7 ton per hektare. Bengkulu perlu memiliki strategi yang jelas terkait arah pengembangan tanaman kopi robusta," ujar Dosen Pertanian Universitas Bengkulu, Alnopri, di Bengkulu, Jumat.

Dia menjelaskan, saat ini luas lahan perkebunan kopi robusta di Provinsi Bengkulu mencapai 86 ribu hektare dengan angka produksi berkisar 60 ribu ton biji kopi kering per tahun.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) setempat diketahui jika kopi robusta merupakan komoditas perkebunan potensial di Bengkulu, karena menduduki peringkat ketiga setelah kelapa sawit dan karet.

Rendahnya produksi kopi ini tambah dia, karena permasalahan bibit dan kurangnya perawatan menyebabkan rendahnya angka produktivitas kopi asal daerah itu, sedangkan di wilayah lainnya kopi serupa produksi bisa mencapai 1-1,5 ton per hektare dalam setahunnya.

Untuk itu, pemerintah harus berupaya mengembangkan bibit secara baik dan mengajak petani untuk dapat mengintensifkan perawatan tanaman kopi agar angka produktivitasnya meningkat.

"Pola peremajaan tanaman kopi robusta melalui sistem sambung, seperti yang dilakukan petani di Kepahiang, dalam setahun mampu menghasilkan dua ton per hektare. Teknik semacam ini yang mesti diperbanyak lagi oleh pemerintah," ungkapnya.

Strategi lain yang juga dapat meningkatkan produktivitas kopi adalah pengelolaan tanaman kopi melalui sistem organik, baik itu pemupukan ataupun pemberantasan hama.

"Dengan sistem organik, tak hanya produktivitasnya saja yang meningkat, tetapi juga nilai jual kopi juga akan bertambah," tutupnya.

Pewarta: Sugiharto P

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018