Jakarta (Antaranews Bengkulu) - Lembaga konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) menyebutkan ada empat faktor yang memengaruhi tingkat keterisian pusat perbelanjaan yang seluruhnya merupakan dampak dari penggunaan teknologi.

Head of Research JLL, James Taylor, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, mengatakan salah satu dari faktor tersebut adalah pembayaran secara daring (mobile/online payment).

"Sejumlah pembayaran online seperti OVO, Go-pay, Telkomsel T-Cash, dan lainnya memberikan penawaran menarik di pasar ritel atau pusat perbelanjaan. Tenant makanan dan minuman termasuk yang banyak dikunjungi," kata James.

James menjelaskan bahwa tingkat permintaan pasar ritel dalam bisnis properti masih cukup kuat dengan pengunjung yang umumnya dari kalangan milenials, dan keluarga.

Tipe gerai yang masih memiliki permintaan tinggi masih didominasi oleh sektor makanan dan minum (FnB), fesyen, serta hiburan seperti bioskop dan ruang bermain anak.

Selain karena pembayaran online, maraknya transaksi daring atau e-commerce membuat adanya persaingan terhadap pusat perbelanjaan dan specialty store.

Meski demikian, pusat perbelanjaan bagi sebagian masyarakat masih memiliki daya tarik karena menjadi gaya hidup, memberi kenyamanan dan pengalaman.

Ruang kolaboratif atau co-working space yang kini juga berlokasi di dalam pusat perbelanjaan turut berpengaruh pada tingkat pengunjung.

Faktor terakhir, menurut James, tentu media sosial yang memberi andil pada peningkatan atau penurunan pengunjung di suatu tenant.

"Media sosial dapat membuat pengunjung meningkat atau justru menurun karena review," kata James.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018