Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Sejumlah peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, mengembangkan integrasi lebah madu dengan perkebunan kopi (Sinkolema) di wilayah Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, guna meningkatan produksi madu dan biji kopi melalui pembangunan budidaya yang berwawasan lingkungan.

"Potensi lahan perkebunan kopi yang mencapai 90 ribu hektare di Provinsi Bengkulu merupakan aset penting dalam upaya mengembangkan potensi sumberdaya pakan, berupa madu," kata salah seorang peneliti sinkolema, Rustama Saepudin di Bengkulu, Kamis.

Dia memaparkan hasil penelitian prihal indeks keberlanjutan usai penerapan integrasi adalah 75,96 poin. Jumlah ini lebih tinggi dibanding sebelum penerapan integrasi yang hanya 59,50 poin.

Untuk menghitung indeks keberlanjutan tersebut, pihaknya menggunakan Rapid Appraisal for Bees (Rapbee) yang berbasis multidimentional scalling (MdS) dengan menekankan lima dimensi, yaitu teknologi budidaya, lingkungan, ekonomi, sosial budaya, dan hukum kelembagaan.

"Integrasi ini dirancang berdasarkan kegiatan usaha tani yang dilakukan secara terpadu. Produksi madu dapat memberikan penghasilan bulanan, sedangkan kopi untuk penghasilan tahunan," ujarnya.

Lebih lanjut dia menambahkan, tanaman kopi menyediakan nektar dan polen sebagai pakan lebah guna menghasilkan madu berkualitas, sementara lebah berfungsi membantu proses penyerbukan untuk meningkatkan produksi kopi. Lebah yang dibudidayakan adalah Apis cerana, karena spesies ini dinilai produktif dan mudah diternakkan. 

"Integrasi ini meningkatkan produksi biji kopi sekitar 22 persen dan menghasilkan madu dengan kandungan sukrosa 28 persen," terangnya.

Dia menjelaskan, produksi madu dari lebah yang dipelihara dengan sistem integrasi mencapai 3,3 kilogram per koloni per tahun. Sedangkan produksi madu yang dipelihara di luar kawasan integrasi hanya menghasilkan 1,5 kilogram per koloni per tahun.

Sementara itu, produksi kopi di perkebunan yang terintegrasi dengan lebah mampu menghasilkan 1,3 ton per hektare. Sedangkan produksi kopi di luar wilayah integrasi hanya 1,1 ton per hektare. 

"Sistem integrasi ini dapat meningkatkan produksi madu 114 persen dan produksi kopi 10,5 persen," jelasnya.

Hubungan simbiosis mutualisme antara lebah dan kebun kopi, sambung Rustama, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian petani dan sekaligus meningkatkan produksi madu lokal.

"Penerapan sinkolema di Kabupaten Kepahiang secara nyata dapat meningkatkan efisiensi usaha dan pendapatan petani sebesar 30 persen," ucapnya.

Pewarta: Sugiharto Purnama

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018