Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan Indonesia membutuhkan lebih banyak literasi yang mencerahkan sehingga peran kelompok masyarakat untuk memproduksi dan mensosialisasikan informasi yang tervalidasi kebenarannya sangat penting.

“Saya sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Muhammaddiyah, karena itu kami akan teruskan ikhtiar, jihad, untuk mensosialisasikan subtansi dari ," kata Menteri di Bengkulu, Kamis.

Dalam dialog dan bedah buku berjudul “Fikih Informasi” terbitan Suara Muhammadiyah yang digelar sebagai bagian pra-Tanwir Muhammadiyah ke-51 tahun 2019 itu Menteri mengatakan dalam era digital saat ini masyarakat membutuhkan informasi yang terverikasi, tervalidasi, yang telah disaring sehingga “fiqih informasi” atau dalam diksi masa kini disebut “literasi mencerahkan” sangat dibutuhkan.

Buku tersebut akan menjadi rujukan bukan hanya bagi kalangan Muhammadiyah tetapi juga bisa menjadi panduan bagi semua orang yang ingin memanfaatkan media sosial dengan baik dan benar sesuai dengan tuntutan Islam. 

“Buku ini akan menjadi panduan bagaimana umat Islam khususnya kalangan Muhammaddiyah bermedia sosial agar terhindar dari berita hoax, berita palsu, berita yang menyesatkan, berita yang mengadu domba, berita  agitasi,” katanya.
 
Fiqih informasi yang diterbitkan oleh Muhammadiyah melalui Suara Muhammadiyah. (Foto Antarabengkulu.com) 

Lebih lanjut, ia menilai elemen bangsa terutama kelompok masyarakat dapat secara bersama-sama untuk membersihkan dunia digital dari informasi yang menyesatkan. 

Sebab, kehadiran informasi dan pengetahuan yang damai, membawa pesan-pesan optimisme, keselamatan, persaudaraan, dan nilai-nilai luhur akan membawa kemajuan bagi bangsa.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan era digital seperti sekarang ini memudahkan orang untuk memproduksi sekaligus mengkonsumsi informasi berlebih, tanpa seleksi dan editing.

“Kalau media, walau sekarang juga cenderung partisipan, tapi masih ada kontrol dari redaktur, masih ada proses editing. Kalau masyarakat umum sudah tanpa itu, sehingga memproduksi dan mengkonsumsi sampah seolah hal itu menyehatkan,” keluh Haedar.

Belum lagi, katanya, hari ini orang lebih cenderung kepada model literasi pendek yang itu justru mendungukan diri sendiri. Sehingga yang muncul justru hasrat primitif yang suka menyebar kebencian.

“Di sinilah tugas kita, untuk memberi uswah hasanah dalam literasi yang mencerahkan dan mencerdaskan,” tegas Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Baca juga: Besok, Jokowi akan buka sidang Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019