Mukomuko (ANTARA Bengkulu) - Musim kemarau disertai angin kencang berdampak terhadap menurunnya produksi gula merah di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, sebesar 30 persen, dari 8.000 menjadi 5.600 kilogram per minggu.

"Penurunan produksi itu terjadi habis lebaran tahun ini, karena pengaruh musim kemarau dan angin," kata Kepala Seksi Industri Kecil dan Kerajinan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Mukomuko, Darsono, di Mukomuko, Minggu.

Karena produksi gula merah pengrajin di daerah itu turun, menurut dia, sehingga ekspor gula merah sebesar 70 persen dari produksi, yakni ke Kerinci dan Sumatera juga ikut mengalami penurunan.

"Sebesar 70 persen dari produksi di ekspor ke luar daerah, sedangkan sisanya 30 persen memenuhi kebutuhan pasar lokal," ujarnya.

Sedangkan harga gula merah sejak produksinya mengalami penurunan, kata dia, juga ikut turun, dari harga biasanya atau normal di tingkat petani sebesar Rp6.000 menjadi Rp7.000/Kg. Pengecer dari Rp8.000 menjadi Rp9.000 per kilogram.

"Kenaikannya tidak begitu besar, namun harga tersebut turun kembali saat produksi mulai normal kembali," ujarnya lagi.

Selain produksi gula merah turun disebabkan karena musim kemarau, menurut dia, menjelang dan setelah lebaran, mayoritas pengrajin gula merah setempat memilih libur sementara waktu sehingga aktivitas mereka tidak jalan membuat produksi gula merah semakin sedikit.

Bahkan, lanjutnya, sejumlah Pengrajin gula merah hingga saat ini masih ada yang libur pulang kampung.

"Kemungkinan mereka juga enggan bekerja saat musim kemarau ini karena hasilnya tidak maksimal sehingga sebagian dari pengrajin memilih libur hingga musim kemarau berakhir," ujarnya lagi. (ANT)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012