Pekanbaru (ANTARA Bengkulu) - KONI Provinsi Riau merasa kurang puas dengan prestasi altet pada PON XVIII/2012 karena tak bisa mencapai target posisi lima besar.
"Terus terang kami belum puas," kata Kepala Bidang Bimbingan Prestasi KONI Riau, Sudarto, di Pekanbaru, Sabtu.
Riau berada pada peringkat enam dengan perolehan 43 medali emas, 39 perak dan 50 perunggu. Jumlah medali emas jauh dari target sebanyak 60 emas. Sementara, juara umum PON adalah DKI Jakarta dengan 110 emas.
Meski tak mencapai target, Sudarto mengatakan, prestasi atlet Riau telah meningkat dibandingkan PON Kalimantan Timur. Pada perhelatan sebelumnya, Riau berada di peringkat 10 dengan perolehan 16 medali emas.
Selain itu, ia juga mengatakan, beberapa target emas pada cabang olahraga tak tercapai karena pengaruh eksternal yang merugikan tim tuan rumah.
"Saya rasa Riau bisa berada di tiga besar kalau tidak ada hal-hal yang tak dicurangi," katanya.
Menurut dia, banyak peraturan pada pertandingan yang secara mendadak muncul dan merugikan atlet Riau. Ia mencontohkan cabang selam tiba-tiba diwajibkan setiap atlet menggunakan masker saat bertanding.
"Bagi atlet Riau yang tak biasa, keharusan pakai masker itu jadi dipaksakan dan jadi gangguan besar," ujarnya.
Kemudian, ia mengeluhan jadwal pertandingan sepeda di Kabupaten Siak yang kerap berubah mendadak sehingga mengganggu persiapan atlet. Belum lagi masalah pemilihan wasit yang diintervensi technical delegate.
"Pada senam seharusnya wasit ditetapkan dari panitia pelaksana, tapi kenapa technical delegate yang memutuskan dari mereka mayoritas dari DKI. Tentu hal ini menguntungkan tim lain," katanya.
Menurut dia, kontingen Riau sudah berusaha memprotes peraturan-peraturan yang merugikan itu.
"Kami sudah protes, tapi mereka berdalih sedemikian rupa. Selain itu, kita ini orang Melayu, terlalu santun," katanya. (ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Terus terang kami belum puas," kata Kepala Bidang Bimbingan Prestasi KONI Riau, Sudarto, di Pekanbaru, Sabtu.
Riau berada pada peringkat enam dengan perolehan 43 medali emas, 39 perak dan 50 perunggu. Jumlah medali emas jauh dari target sebanyak 60 emas. Sementara, juara umum PON adalah DKI Jakarta dengan 110 emas.
Meski tak mencapai target, Sudarto mengatakan, prestasi atlet Riau telah meningkat dibandingkan PON Kalimantan Timur. Pada perhelatan sebelumnya, Riau berada di peringkat 10 dengan perolehan 16 medali emas.
Selain itu, ia juga mengatakan, beberapa target emas pada cabang olahraga tak tercapai karena pengaruh eksternal yang merugikan tim tuan rumah.
"Saya rasa Riau bisa berada di tiga besar kalau tidak ada hal-hal yang tak dicurangi," katanya.
Menurut dia, banyak peraturan pada pertandingan yang secara mendadak muncul dan merugikan atlet Riau. Ia mencontohkan cabang selam tiba-tiba diwajibkan setiap atlet menggunakan masker saat bertanding.
"Bagi atlet Riau yang tak biasa, keharusan pakai masker itu jadi dipaksakan dan jadi gangguan besar," ujarnya.
Kemudian, ia mengeluhan jadwal pertandingan sepeda di Kabupaten Siak yang kerap berubah mendadak sehingga mengganggu persiapan atlet. Belum lagi masalah pemilihan wasit yang diintervensi technical delegate.
"Pada senam seharusnya wasit ditetapkan dari panitia pelaksana, tapi kenapa technical delegate yang memutuskan dari mereka mayoritas dari DKI. Tentu hal ini menguntungkan tim lain," katanya.
Menurut dia, kontingen Riau sudah berusaha memprotes peraturan-peraturan yang merugikan itu.
"Kami sudah protes, tapi mereka berdalih sedemikian rupa. Selain itu, kita ini orang Melayu, terlalu santun," katanya. (ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012