Puluhan mahasiswa Universitas Bengkulu mengadakan nonton bareng (nobar) film dokumenter berjudul "sexy killers", yang mengulas dampak buruk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.

"Film dokumenter ini untuk membuka mata publik tentang dampak PLTU batu bara," kata Ketua Kanopi Bengkulu, Ali Akbar usai nobar di gedung Renper, Unib, Senin.

Ia mengatakan, film dokumenter ini mengangkat dampak serius dari PLTU batu bara yang saat ini telah aktif hingga mengakibatkan korban jiwa.

Mahasiswa menurut Ali harus tahu bahwa sudah banyak korban jiwa yang diakibatkan polusi dari PLTU batu bara.

Film ini juga mengungkap keterlibatan pemerintah dan penguasa bahkan publik hampir tidak bisa membedakan yang mana penguasa dan yang mana pengusaha.

"Mahasiswa harus lebih progresif mendorong pemerintah mengembangkan energi terbarukan dan meninggalkan energi batubara," kata Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Bengkulu, Verani Indiarma.

Dosen FKIP Biologi Unib, Kasrina Damrison, mengatakan, mahasiswa harus mencari cara menciptakan energi terbarukan melalui riset dengan menggunakan sumber daya alam yang lebih ramah lingkungan.

"Film ini cukup mengharukan akibat pemakaian batu bara, jadi kini kita harus serius untuk mencari energi alternatif, juga untuk penguasa dan pengusaha harus lebih mengerti dampak ini tidak hanya memberikan izin," kata dia.

Setelah nobar, sejumlah mahasiswa berkomentar tentang keterlibatan penguasa dan aktor politik dalam pengembangan batu bara.

"Kami cukup terkejut melihat ini, ternyata semua yang terjadi di kalangan elit politik sebagai pengerak," kata M Arbi Hariawan.

Arbi mengatakan, mahasiswa harus tahu dampak PLTU batubara sebagai dasar untuk bergerak.

Setelah nobar, digelar juga sesi diskusi menghadirkan tiga pembicara yaitu Nurkholis Sastro, Ali Akbar dan Hamidin yang merupakan warga Teluk Sepang.

Diskusi ini mengulas tentang rencana pembangunan PLTU batu bara berkapasitas 2x100 MW di Teluk Sepang, Kota Bengkulu.

Pewarta: Jumentrio Jusmadi

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019