Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) fasilitasi pemasaran kerajinan hasil hutan bukan kayu karya Suku Talang Mamak guna meningkatkan ekonomi mereka.

Melalui Cafe J milik Jikalahari yang beralamat di Jalan Kamboja, Pekanbaru, produk kerajinan Suku Talang Mamak mudah didapat dan dikenalkan kepada masyarakat.

Salah satunya adalah sedotan dari akar tanaman "resam" yang tumbuh liar di hutan.

Akar lurus tidak ada ruas mencapai satu meter setengah kemudian dipotong seukuran sedotan pada umumnya dan dibersihkan.

Dulu resam sudah dipakai khusus acara besar adat, seperti pernikahan. Bahkan akar ini bisa tahan disimpan puluhan tahun.

Wakil Koordinator Jikalahari Okto Yugo pada acara berbuka bersama di Pekanbaru, Rabu malam, menyatakan tujuan pengenalan produk tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan Suku Talang Mamak.

"Upaya pembinaan ini agar kerajinan Talang Mamak bisa lebih dikenal dan laku sehingga jadi sumber ekonomi tambahan masyarakat. Jika ini terwujud akan menekan keinginan untuk mengalih fungsikan lahan hutan ke bentuk lain," ujar Okto Yugo.

Jikalahari sudah lama melakukan pembinaan dan pemberdayaan suku pedalaman lokal agar bisa bangkit dan belajar membangun potensi ekonomi seperti Suku Talang Mamak di Kampar, Suku Akit di Bengkalis, dan Suku Langgam di Pelalawan.

Namun sejauh ini masih terkendala pemasaran untuk produk kerajinan lokal tersebut sehingga butuh teknologi dan inovasi agar menyesuaikan dengan kebutuhan kekinian yang menarik peminat.

Sementara itu, Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Indragiri Hulu Gilung, membenarkan saat ini banyak potensi hasil hutan bukan kayu yang bisa dikembangkan Suku Talang Mamak.

Setidaknya sekarang yang telah ada 27 jenis karya amai-amai (sebutan kaum ibu suku Talang Mamak) di antaranya, gigi dio, lengkanai renek, ukir pucuk rebung dan sebagainya.

"Selain karya kerajinan tangan Amai, ada juga hasil buatan kaum laki-laki yang motifnya ada sekitar 12 macam," ujar Gilung.

Karya kerajinan itu bisa berupa pembuatan cincin dari rotan dan resam, yang sesuai kepercayaan Suku Talang Mamak itu sebagai penangkal makhluk halus.

Ada juga penangkal lainnya berupa gelang rotan yang disebut hoasan. Gelang itu juga berguna sebagai obat kencing batu. "Gunanya rotan melancarkan air seni," kata Gilung lagi.

Produk kerajinan lainnya adalah tikar yang terbuat dari bahan Bigau dan Rumbai, sejenis daun di hutan. Ini sering dipakai untuk alat acara-acara adat Suku Talang Mamak.

"Bigau di Suku Talang Mamak juga berguna untuk jadi obat. Saat anak busung lapar, diberi makan akar bigau," tuturnya.

Menurut Gilung, banyak lagi manfaat dari kerajinan Suku Talang Mamak, selain sebagai alat budaya, obat, juga bisa dipasarkan sebagai suvenir yang menarik. Namun dikhawatirkan jika tidak dilestarikan akan punah.

"Setelah dilihat di lapangan hanya beberapa orang saja lagi yang bisa membuat aneka kerajianan itu. Makanya butuh pelatihan lagi untuk menularkan ke generasi penerus, kalau ini tidak dipelajari maka tradisi ini bisa hilang karenanya perlu kita giatkan," tegasnya.
 

Pewarta: Vera Lusiana

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019