Lemang merupakan makanan dari pulut (ketan) diberi santan kemudian dibakar di dalam bambu menjadi salah satu makanan favorit warga Kota Bengkulu.
Selain harganya cukup terjangkau yaitu Rp5.000 per bambu panjang sekitar 30 centimeter, rasanya oleh sebagian warga dinilai memiliki sensasi tersendiri.
Teknik membuatnya yaitu menggunakan bambu bulat dipotong sekitar 30 centimeter, salah satu sisi tetap dengan ruasnya guna menahan ketan agar tidak tumpah.
Ketan setelah diberi beberapa racikan seperti santan atau kelapa diparut dan garam, kemudian dibungkus menggunakan daun pisang lalu dimasukkan ke bambu tersebut kemudian dibakar menggunakan bara dari sabut kelapa.
Perpaduan ketan, santan atau kelapa parut, daun pisang dan bambu menimbulkan aroma tersendiri yang meningkatkan keinginan untuk menikmatinya.
Salah seorang penjual lemang yang berada di kawasan Jalan Sungai Rupat, Kelurahan Pagardewa kecamatan Selebar, Kota Bengkulu Husmawati (40) yang telah berjualan penganan tersebut sejak sepuluh tahun yang lalu menjelaskan banyak warga setempat menyukainya.
"Dagangan saya selalu habis terjual. Selain warga Kota Bengkulu, pembelinya pun warga lain yang kebetulan melintas di sini," kata dia.
Ia menambahkan dalam sehari dapat menjual sebanyak 20-30 batang lemang, bahkan ketika menjelang bulan puasa dan lebaran maka pemesanan lemang akan naik hingga 70 batang per hari.
Lemang-lemang yang dijual Husmawati dibuat sendiri dengan cara yang masih tradisional, sehingga tidak heran rasa yang dihasilkan dari lemang tersebut lebih enak.
Bahkan tidak jarang dia pun sering mendapatkan orderan lemang untuk acara-acara pesta pernikahan.
Cara mengkonsumsi, lemang biasanya dinikmati dengan tapai ketan hitam, sehingga rasa yang dihasilkan dari percampuran lemang dan tapai itu terasa manis asam.
Selain menjual lemang, Husmawati juga menjual tapai ketan hitam yang dihargai Rp5.000 per gelas kecil.
Bahkan ia menjual air dari tapai ketan hitam yang menurutnya mempunyai beberapa khasiat diantaranya, untuk menghangatkan badan, memperlancar menstruasi, juga dapat memperlancar air susu ibu (ASI).
Pembeli air tapai ketan hitam juga tidak kalah banyak dengan pembeli lemang, satu botol air tapai ketan hitam dihargai dengan Rp20.000, sedangkan untuk botol kecil Rp.5.000.
Beras Ketan Mahal
Kendala yang dihadapi oleh Husmawati selama berjualan lemang dan tapai ketan hitam yaitu mahalnya harga beras ketan yang dijual di pasaran. Apalagi kini semakin sulit mendapatkannya karena kemarau.
Untuk saat ini saja harga satu cupak (takaran beras) ketan putih untuk bahan dasar pembuatan lemang mencapai Rp16.000, sedangkan untuk beras ketan hitam bahan pembuatan tapai mencapai Rp22.000.
Selain itu juga sulitnya mencari bilah bambu untuk pembuatan lemang menjadi kendala tersendiri yaitu harus mengeluarkan Rp500 per bilah bambu untuk panjang 30 centimeter tersebut.
"Lemang tersebut tidak bisa dinaikkan harganya, sebab kalau naik maka pembeli akan berkurang bahkan berhenti berlangganan," kata dia.
Dia menjelaskan, tempat jualannya setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga sore, dibantu dari Dinas Perindustrian Perdagangan Usaha Kecil dan Menengah Kota Bengkulu berupa tenda.
Sementara itu, seorang penjual beras ketan di kawasan Pasar Tradisional Modern (PTM) kota Bengkulu Sauh mengatakan, Beberapa bulan terakhir memang harga beras ketan mengalami kenaikan, tetapi tidak begitu besar hanya sekitar Rp2.000 per cupak.
Beras ketan tersebut sebagian besar didatangkan dari luar Kota Bengkulu sehingga terjadi penambahan biaya kirim.
Marlin, salah seorang warga yang ditemui ketika sedang membeli lemang mengatakan, sering menikmati penganan jenis tersebut bahkan ketika lebaran di rumahnya pun menyediakan.
"Setiap kali lebaran di rumah kami selalu menyediakan makanan lemang dan tapai ketan hitam untuk jamuan para tamu, karena lemang dan tapai ketan mempunyai rasa yang enak dan unik. kalau untuk makanan kue-kue disetiap rumah juga ada, tetapi kalau lemang tidak semua rumah menyediakan ketika lebaran," kata dia.(ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Selain harganya cukup terjangkau yaitu Rp5.000 per bambu panjang sekitar 30 centimeter, rasanya oleh sebagian warga dinilai memiliki sensasi tersendiri.
Teknik membuatnya yaitu menggunakan bambu bulat dipotong sekitar 30 centimeter, salah satu sisi tetap dengan ruasnya guna menahan ketan agar tidak tumpah.
Ketan setelah diberi beberapa racikan seperti santan atau kelapa diparut dan garam, kemudian dibungkus menggunakan daun pisang lalu dimasukkan ke bambu tersebut kemudian dibakar menggunakan bara dari sabut kelapa.
Perpaduan ketan, santan atau kelapa parut, daun pisang dan bambu menimbulkan aroma tersendiri yang meningkatkan keinginan untuk menikmatinya.
Salah seorang penjual lemang yang berada di kawasan Jalan Sungai Rupat, Kelurahan Pagardewa kecamatan Selebar, Kota Bengkulu Husmawati (40) yang telah berjualan penganan tersebut sejak sepuluh tahun yang lalu menjelaskan banyak warga setempat menyukainya.
"Dagangan saya selalu habis terjual. Selain warga Kota Bengkulu, pembelinya pun warga lain yang kebetulan melintas di sini," kata dia.
Ia menambahkan dalam sehari dapat menjual sebanyak 20-30 batang lemang, bahkan ketika menjelang bulan puasa dan lebaran maka pemesanan lemang akan naik hingga 70 batang per hari.
Lemang-lemang yang dijual Husmawati dibuat sendiri dengan cara yang masih tradisional, sehingga tidak heran rasa yang dihasilkan dari lemang tersebut lebih enak.
Bahkan tidak jarang dia pun sering mendapatkan orderan lemang untuk acara-acara pesta pernikahan.
Cara mengkonsumsi, lemang biasanya dinikmati dengan tapai ketan hitam, sehingga rasa yang dihasilkan dari percampuran lemang dan tapai itu terasa manis asam.
Selain menjual lemang, Husmawati juga menjual tapai ketan hitam yang dihargai Rp5.000 per gelas kecil.
Bahkan ia menjual air dari tapai ketan hitam yang menurutnya mempunyai beberapa khasiat diantaranya, untuk menghangatkan badan, memperlancar menstruasi, juga dapat memperlancar air susu ibu (ASI).
Pembeli air tapai ketan hitam juga tidak kalah banyak dengan pembeli lemang, satu botol air tapai ketan hitam dihargai dengan Rp20.000, sedangkan untuk botol kecil Rp.5.000.
Beras Ketan Mahal
Kendala yang dihadapi oleh Husmawati selama berjualan lemang dan tapai ketan hitam yaitu mahalnya harga beras ketan yang dijual di pasaran. Apalagi kini semakin sulit mendapatkannya karena kemarau.
Untuk saat ini saja harga satu cupak (takaran beras) ketan putih untuk bahan dasar pembuatan lemang mencapai Rp16.000, sedangkan untuk beras ketan hitam bahan pembuatan tapai mencapai Rp22.000.
Selain itu juga sulitnya mencari bilah bambu untuk pembuatan lemang menjadi kendala tersendiri yaitu harus mengeluarkan Rp500 per bilah bambu untuk panjang 30 centimeter tersebut.
"Lemang tersebut tidak bisa dinaikkan harganya, sebab kalau naik maka pembeli akan berkurang bahkan berhenti berlangganan," kata dia.
Dia menjelaskan, tempat jualannya setiap hari dari pukul 08.00 WIB hingga sore, dibantu dari Dinas Perindustrian Perdagangan Usaha Kecil dan Menengah Kota Bengkulu berupa tenda.
Sementara itu, seorang penjual beras ketan di kawasan Pasar Tradisional Modern (PTM) kota Bengkulu Sauh mengatakan, Beberapa bulan terakhir memang harga beras ketan mengalami kenaikan, tetapi tidak begitu besar hanya sekitar Rp2.000 per cupak.
Beras ketan tersebut sebagian besar didatangkan dari luar Kota Bengkulu sehingga terjadi penambahan biaya kirim.
Marlin, salah seorang warga yang ditemui ketika sedang membeli lemang mengatakan, sering menikmati penganan jenis tersebut bahkan ketika lebaran di rumahnya pun menyediakan.
"Setiap kali lebaran di rumah kami selalu menyediakan makanan lemang dan tapai ketan hitam untuk jamuan para tamu, karena lemang dan tapai ketan mempunyai rasa yang enak dan unik. kalau untuk makanan kue-kue disetiap rumah juga ada, tetapi kalau lemang tidak semua rumah menyediakan ketika lebaran," kata dia.(ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012