Bandarlampung (ANTARA Bengkulu) - Produktivitas kebun teh PTPN VII Unit Usaha Pagaralam yang mencapai 3 ton teh kering per hektare selama 2011 merupakan yang tertinggi secara nasional yang rata-rata baru 2,3-2,5 ton.

"Keberhasilan tersebut sebagai buah dari konsistensi dalam penggalian produksi dengan memanfaatkan mesin petik," kata Dirut PTPN VII Andi Punoko didampingi Kabag Humas dan Protokol Sandri A Kamil di Bandarlampung, Minggu.

Dari total lahan seluas 1.430 ha, lanjut dia,  kini 60 persen kebun teh yang berada di lereng timur Gunung Dempo tersebut dipanen dengan mesin petik.

"Kami berusaha mengoptimalkan panen dengan mesin petik, paling tidak beberapa tahun ke depan bisa di atas 70 persen," kata dia.

Sementara sisanya tetap dengan petik manual atau gunting, terutama di areal bertopografi berat, terjal dengan tingkat kecuraman tinggi.

Manajer Unit Usaha Pagaralam Rudi Guntur menjelaskan, Unit Usaha Pagaralam mulai mengaplikasikan mesin petik pada 2006 dimulai dari 5 unit dan kini menjadi sebanyak 48 unit.

"Mulanya memang tak mudah, karena berbagai kendala juga menyertai. Mekanisasi memerlukan konsistensi, sebab jika terjadi kesalahan akan merusak tanaman. Kami juga melakukan ploting sampai kemiringan tertentu agar bisa dipanen dengan mesin petik," ujar Guntur.

Optimalisasi petik dengan mesin juga harus diimbangi dengan perawatan tanaman sesuai dengan norma, terutama pemupukan.

"Dengan mesin, jadwal petik harus konsisten. Jadi, tanaman harus mendapatkan suplai pupuk yang cukup agar pucuk keluar terus," kata dia.

Kemudian yang juga tidak kalah penting adalah memotivasi pekerja, membangkitkan semangat mereka untuk bangkit bersama.

"Jangan sampai ada pekerja yang pesimis. Kami harus mengajak mereka mengubah mindset bahwa semua bisa dilakukan jika memang dikerjakan dengan benar dan sungguh-sungguh," tegasnya.(T.T013/N002)

Pewarta:

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012