Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Para petani kopi di salah satu sentra produksi kopi di Provinsi Bengkulu, saat ini membutuhkan bibit kopi unggul untuk meningkatkan produksi hasil panen ke depan.

Tanaman kopi yang ada sekarang masih menggunakan jenis rebosta dengan pola pemeliharaan tradisional dan terancam kalah bersaing dengan kopi menggunakan bibit unggul, kata seorang anggota kelompok petani kopi di Kabupaten Kepahiang Ujang menghubungi, Kamis.

Ia mengatakan, saat ini sudah ada petani daerah itu menggunakan bibit kopi unggul dalam waktu 18 bulan sudah berbuah, sedangkan kopi jenis lama baru berbuah pada umur 28 bulan. Kopi bibit unggul itu, katanya, setelah berproduksi setiap bulan selalu panen, sedangkan kopi jenis rebosta panen rayanya sekali dalam setahun.
Bibit unggul yang diinginkan petani itu adalah jenis kopi arabika yang didatangkan dari wilayah Sumatra Utara yaitu varitas "Sigararutang".

Keunggulan kopi itu selaian mudah berbuah juga harga jual pada tingkat pedagang cukup tinggi yaitu rata-rata di atas Rp20.000/kg. Sedangkan harga kopi reosta hanya dibeli pedagang paling tinggi antara Rp16.000-Rp16.500/kg, ujarnya.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Riky Gunarwan mengatakan, pada 2012 ini pihaknya sudah menganggarkan pengadaan bibit kopi mencapai 300 ribu batang. Tahun sebelumnya sudah dibagikan sekitar 250.000 batang bibit kopi, tapi jenis rebostas unggul, nampaknya kopi tersebut kurang diminati masyarakat. Dengan demikian pengadaan 2012 sebagian besar sudah diarahkan pada bibit kopi jenis Sigararutang karena pemintanya cukup banyak, katanya.

Seorang pedagang hasil bumi di Bengkulu Edy Kasim mengatakan, untuk permintaan kopi dari Bengkulu pekan ini sepi termasuk jenis kakao. Padahal pasokan dari petani berkurang, maka harga beli pedagang pengumpul saat itu bergerak naik, yaitu dari Rp16.250 dari sebelumnya Rp16.000/kg.

Ia menjelaskan, pasokan kopi dari pedagang pengumpul di pedesaan saat ini paling tinggi tiga ton per minggu, turun drastis dari sebelumnya rata-rata di atas sepuluh ton per minggu. Harga hasil perkebunan itu sangat tergantung dengan permintaan dari distributor luar Bengkulu, sedangkan stok cukup, baik pada pedagang pengumpul di Kota Bengkulu maupun di sentra kopi Kabupaten Kepahiang.  Untuk pasokan biji coklat terbesar dari sentra Produksi di Kabupaten Kepahiang, sedangkan stok pada tingkat petani juga masih ada, ujarnya.(Z005)

Pewarta:

Editor : Rangga Pandu Asmara Jingga


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012