Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu Lizar Alfansi menilai pemerintah Provinsi Bengkulu perlu kerja keras memperbaiki iklim investasi di daerah itu sebab indeks layanan penanaman modal sangat rendah.

"Perlu perbaikan iklim investasi karena indeks layanan investasi di tingkat provinsi dan kabupaten serta kota di Bengkulu sangat rendah," katanya di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan hal itu saat menjadi salah satu pemateri dalam seminar nasional bertajuk "Menatap Bengkulu hari ini, esok dan akan datang" yang digelar Marlborough Institut.

Berdasarkan data yang dirilis Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) pada 2010 menunjukkan indeks layanan investasi Kota Bengkulu menduduki peringkat 57 dari 74 kota, Kabupaten Seluma peringkat 107 dari 217 kabupaten.

Selanjutnya Kabupaten Bengkulu Utara menduduki peringkat 126, Kepahiang peringkat 207, Bengkulu Selatan peringkat 210, Rejang Lebong peringkat 211 dan Lebong peringkat 215.

"Sementara iklim investasi Provinsi Bengkulu pada 2008 berada pada posisi ketiga terjelek setelah Papua Barat dan Sulawesi Tenggara," tambahnya.

Ia mengatakan tingkat investasi di Bengkulu termasuk rendah dimana data 2010 menunjukkan Penanaman Modal Asing sebesar 25,1 juta dolar AS atau 3,36 persen total PMA di Sumatera.

Persentase tersebut menurun menjadi 2 persen pada 2011 meski angka investasi PMA naik menjadi 43 juta dolar AS.

Ditambah lagi, PDRB Bengkulu merupakan yang terendah di wilayah Sumatera bagian Selatan, tetapi tingkat pertumbuhannya cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi tetangga.

"Secara nasional, PDRB Provinsi Bengkulu hanya berkontribusi sebesar 0,36 persen," ujarnya.

Lizar mengatakan terdapat beberapa kendala investasi di Bengkulu antara lain terbatasnya sumber daya alam yang dapat dieksplorasi sebab 46 persen wilayah Bengkulu adalah hutan lindung.

Selain itu, rendahnya kualitas infrastruktur investasi seperti jalan, listrik, air bersih, pelabuhan dan bandara.

"Rasio elektifikasi baru 66 persen dimana listrik yang dihasilkan dari PLTA Musi sebagian digunakan untuk interkoneksi listrik Sumatera," katanya.

Jumlah penduduk yang relatih kecil serta kualitas sumber daya manusia yang tidak memadai juga menjadi penghambat.

Termasuk upah buruh yang menurutnya relatif tinggi jika dibandingkan dengan upah buruh di daerah lain.

"Tidak kalah penting, komitmen pemerintah daerah yang masih rendah untuk membuat iklim investasi membaik," katanya. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012