Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto mengatakan, anak gajah betina yang kehilangan induk akibat konflik, yang diberi bernama "Bona", tetap dirawat di Pusat Konservasi Gajah Seblat, Bengkulu Utara, Bengkulu.

Sebelumnya BKSDA menawarkan pemeliharaan gajah itu ke yayasan konservasi "Bali Zoo" di Bali dengan pertimbangan minimnya dana.

"Setelah bertemu dengan para pengurus `Bengkulu Heritage Society` yang bersedia menjamin pakan untuk Bona hingga tiga tahun ke depan, maka anak gajah itu akan tetap tinggal di habitanya di Seblat," katanya di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan hal itu usai bertemu dengan pengurus dan sejumlah anggota "Bengkulu Heritage Society" (BHS) yang menyatakan kesediaan untuk menjamin dana pakan untuk anak gajah berusia dua tahun itu.

Menurut Anggoro, komitmen organisasi non-pemerintah yang peduli terhadap nasib gajah Bona tersebut patut diapresiasi dan BKSDA Bengkulu memberikan ruang seluas-luasnya bagi kelompok masyarakat yang ingin terlibat dalam konservasi.

"Nanti akan dibuat nota kesepahaman dan nota kerjasama antara BKSDA dengan BHS untuk perawatan dan pemeliharaan Bona karena terus terang dana yang ada di BKSDA tidak cukup untuk pemeliharaan gajah itu," katanya.

Selain itu kata dia, kehadiran organisasi yang bersedia menjamin dana pemeliharaan gajah kecil tersebut sangat positif sehingga Bona dapat tetap tinggal di habitatnya.

Saat ini, kata dia, BKSDA membina 19 gajah di PKG Seblat, termasuk gajah kecil yang ditemukan pada Januari 2012.

Gajah Bona ditemukan terlunta-lunta di sekitar perkebunan kelapa sawit milik PT Alno tanpa induk dan diselamatkan oleh petugas PKG Seblat.

Sejak dibawa ke PKG Seblat, BKSDA Bengkulu kesulitan dana untuk pakan anak gajah itu sebab gajah tersebut masih mengkonsumsi susu formula dengan harga yang cukup tinggi.

"Kesulitan dana ini yang membuat kami menawarkan Bona ke yayasan konservasi yang bersedia memelihara, salah satunya kami tawarkan ke `Bali Zoo`," tambahnya.

Selain itu, keberadaan tiga orang relawan asing asal Australia yang selama ini melakukan pengumpulan dana untuk pembelian pakan Bona menurutnya juga tidak jelas batas waktunya sehingga BKSDA menawarkan pemeliharaan gajah tersebut ke organisasi lain.

Sementara itu, Humas "Bengkulu Heritage Society" Krishna Gamawan mengatakan organisasi non-profit itu akan melakukan penggalangan dana secara mandiri untuk mempertahankan anak gajah berusia dua tahun itu tetap di habitatnya.

"Kami akan bekerja sama dengan relawan asal Australia yang dikenal sebagai `Tim Bona` yang dalam enam bulan terakhir sudah membantu menyediakan pakan Bona," katanya.

Selain itu, kata dia, Bona merupakan salah satu ikon PKG Seblat untuk menghidupkan program ekowisata kawasan itu.

Ia mengatakan, keberadaan gajah binaan BKSDA di Seblat harus dipertahankan, termasuk Bona sebab selain untuk ekowisata, gajah-gajah tersebut juga berfungsi menghalau gajah liar yang masuk ke kebun warga di sekitar kawasan PKG Seblat.

"Kami juga akan bekerja sama dengan perusahaan perkebunan PT Agricinal yang juga berkomitmen membantu pendanaan Bona sehingga untuk tiga tahun ke depan dana pakan Bona tidak akan membebani negara," katanya. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012