Kalangan petani padi di Desa Rimbo Recap, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu mengubah tanaman pokok padi dengan cabai rawit putih karena sawah mereka mengalami kekeringan akibat musim kemarau sehingga tidak kebagian air irigasi.
Salah seorang petani yang menanam cabai di sawah ini adalah Muki (56), warga Dusun III, Desa Rimbo Recap, Kecamatan Curup Selatan, di mana usaha bercocok tanam cabai ini dilakukannya diatas lahan persawahan seluas 1/4 hektare sejak beberapa bulan lalu dengan hasil yang cukup memuaskan.
"Karena tidak kebagian air akibat musim kemarau, sehingga sebagian sawahnya kami tanami cabai rawit putih atau disebut warga disini cabe setan. Saat panen pertama dapat 14 kg, seterusnya naik menjadi 44 kg dan panen ketiga 100 kg," kata dia saat ditemui ditemui Jumat.
Usaha bercocok tanam cabai rawit putih yang dilakukannya itu tambah dia, sudah membuahkan hasil yang lumayan besar mengingat saat ini harga jual cabai ditingkatan petani masih tinggi, sehingga dirinya bisa membayar sewa tanah yang pertahunnya mencapai Rp8 juta atau dibayar dengan beras sebanyak 52 kaleng, yang tiap kalengnya berisikan 16 kg beras.
"Untuk cabai rawit putih kondisi mentah saat ini kami jual Rp10.000 per kg, kalau sudah merah harganya bisa mencapai Rp40.000 per kg. Karena harganya selisih cukup jauh, kami sekarang menjualnya saat masak saja," tambah dia.
Tingginya harga jual cabai di wilayah itu, kata lelaki yang sudah memiliki tiga orang anak ini terpaksa harus di jaga siang dan malam, karena rawan kasus pencurian. Aksi kawanan pencuri cabai ini cukup meresahkan petani cabai, mengingat kawanan pencuri ini mematahkan batang tanaman guna memudahkan aksi mereka.
"Yang kami jadikan kebun cabai ini hanya sebagian saja, dari 1/2 hektare sawah yang kami sewa, sebagian lagi masih kami jadikan sawah karena masih ada airnya. Kalau yang ini tidak kebagian air kami jadikan kebun cabai dan setiap hari disiram," jelas dia.
Sementara itu, Rohimah isterinya Muki berharap hujan segera turun sehingga sawah mereka yang berada disebelah kebun cabai bisa tumbuh normal dan membuah hasil yang banyak.
"Semoga saja hujan cepat turun sehingga tanaman padinya bisa tumbuh dan tidak gagal panen," urainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
Salah seorang petani yang menanam cabai di sawah ini adalah Muki (56), warga Dusun III, Desa Rimbo Recap, Kecamatan Curup Selatan, di mana usaha bercocok tanam cabai ini dilakukannya diatas lahan persawahan seluas 1/4 hektare sejak beberapa bulan lalu dengan hasil yang cukup memuaskan.
"Karena tidak kebagian air akibat musim kemarau, sehingga sebagian sawahnya kami tanami cabai rawit putih atau disebut warga disini cabe setan. Saat panen pertama dapat 14 kg, seterusnya naik menjadi 44 kg dan panen ketiga 100 kg," kata dia saat ditemui ditemui Jumat.
Usaha bercocok tanam cabai rawit putih yang dilakukannya itu tambah dia, sudah membuahkan hasil yang lumayan besar mengingat saat ini harga jual cabai ditingkatan petani masih tinggi, sehingga dirinya bisa membayar sewa tanah yang pertahunnya mencapai Rp8 juta atau dibayar dengan beras sebanyak 52 kaleng, yang tiap kalengnya berisikan 16 kg beras.
"Untuk cabai rawit putih kondisi mentah saat ini kami jual Rp10.000 per kg, kalau sudah merah harganya bisa mencapai Rp40.000 per kg. Karena harganya selisih cukup jauh, kami sekarang menjualnya saat masak saja," tambah dia.
Tingginya harga jual cabai di wilayah itu, kata lelaki yang sudah memiliki tiga orang anak ini terpaksa harus di jaga siang dan malam, karena rawan kasus pencurian. Aksi kawanan pencuri cabai ini cukup meresahkan petani cabai, mengingat kawanan pencuri ini mematahkan batang tanaman guna memudahkan aksi mereka.
"Yang kami jadikan kebun cabai ini hanya sebagian saja, dari 1/2 hektare sawah yang kami sewa, sebagian lagi masih kami jadikan sawah karena masih ada airnya. Kalau yang ini tidak kebagian air kami jadikan kebun cabai dan setiap hari disiram," jelas dia.
Sementara itu, Rohimah isterinya Muki berharap hujan segera turun sehingga sawah mereka yang berada disebelah kebun cabai bisa tumbuh normal dan membuah hasil yang banyak.
"Semoga saja hujan cepat turun sehingga tanaman padinya bisa tumbuh dan tidak gagal panen," urainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019