Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Warga Desa Linau, Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, mempertanyakan ribuan ton pasir besi yang ditelantarkan di kawasan pelabuhan laut di daerah itu.
"Ribuan pasir besi itu saat ini sudah ditumbuhi rumput, dan tidak memberikan kontribusi bagi daerah ini," kata Kepala Desa Linau Sirajudin, Selasa.
Ia mengatakan apabila tidak dikelola atau dijual oleh perusahaan pemilik pasir besi itu, sebaiknya hibahkan saja ke pemerintah daerah, karena pasir besi tersbeut dikeruk dari perut bumi Kabupaten Kaur.
"Kami mempertanyakan niat perusahaan nasional pemilik pasir besi itu, karena hingga saat ini tidak diurus," katanya.
Mereka mengeksploitasi pasir besi dari tambang hingga ke pelabuhan tersebut sudah mengeluarkan investasi cukup besar, tapi kenapa hingga saat ini belum dikapalkan, ujarnya.
Jika pengelolaan pasir besi itu diserahkan kepada desa ini, maka pihaknya bersama warga siap membersihkan rerumputan tumbuh di atas tumpukan pasir besi tersebut.
"Kami bukan bermaksud untuk memiliki pasir besi itu, tapi aset cukup besar ini perlu dijaga kualitasnya," ujarnya.
Kepala Dinas Kehutanan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kaur Ahyan Endu mengatakan ribuan ton pasir besi itu milik PT Bengkulu Mega steel (BMS), namun perusahaan tersebut belum mengapalkannya.
Ia menduga ada masalah dalam manajemen perusahaan tersebut, sehingga hasil tambang itu belum dikapalkan atau dikelola.
Ia mengatakan di Kabupaten Kaur ada dua perusahaan yang bergerak di sektor pasir besi, selain PT BMS, ada PT Selomoro Banyu Arto (SBA) yang berlokasi di Kecamatan Maje dan Nasal.
"Kedua perusahaan itu sudah diberikan teguran tertulis untuk melanjutkan kegiatannya, karena sampai sekarang belum ada laporan tentang kegiatan mereka," ujarnya. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Ribuan pasir besi itu saat ini sudah ditumbuhi rumput, dan tidak memberikan kontribusi bagi daerah ini," kata Kepala Desa Linau Sirajudin, Selasa.
Ia mengatakan apabila tidak dikelola atau dijual oleh perusahaan pemilik pasir besi itu, sebaiknya hibahkan saja ke pemerintah daerah, karena pasir besi tersbeut dikeruk dari perut bumi Kabupaten Kaur.
"Kami mempertanyakan niat perusahaan nasional pemilik pasir besi itu, karena hingga saat ini tidak diurus," katanya.
Mereka mengeksploitasi pasir besi dari tambang hingga ke pelabuhan tersebut sudah mengeluarkan investasi cukup besar, tapi kenapa hingga saat ini belum dikapalkan, ujarnya.
Jika pengelolaan pasir besi itu diserahkan kepada desa ini, maka pihaknya bersama warga siap membersihkan rerumputan tumbuh di atas tumpukan pasir besi tersebut.
"Kami bukan bermaksud untuk memiliki pasir besi itu, tapi aset cukup besar ini perlu dijaga kualitasnya," ujarnya.
Kepala Dinas Kehutanan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kaur Ahyan Endu mengatakan ribuan ton pasir besi itu milik PT Bengkulu Mega steel (BMS), namun perusahaan tersebut belum mengapalkannya.
Ia menduga ada masalah dalam manajemen perusahaan tersebut, sehingga hasil tambang itu belum dikapalkan atau dikelola.
Ia mengatakan di Kabupaten Kaur ada dua perusahaan yang bergerak di sektor pasir besi, selain PT BMS, ada PT Selomoro Banyu Arto (SBA) yang berlokasi di Kecamatan Maje dan Nasal.
"Kedua perusahaan itu sudah diberikan teguran tertulis untuk melanjutkan kegiatannya, karena sampai sekarang belum ada laporan tentang kegiatan mereka," ujarnya. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012