Jakarta  (ANTARA) - Mobil Kiat Esemka hasil siswa SMK Negeri 2 Solo dan SMK Warga Surakarta yang menjadi mobil dinas Walikota Solo Joko Widodo  diharapkan dapat menggoyang pasar mobil dalam negeri yang selama ini dinikmati produsen mobil luar negeri.

Cita-cita dunia otomotif Indonesia yaitu memiliki kendaraan nasional seperti Malaysia dengan mobil Proton, kini digaungkan kembali setelah sekian lama tenggelam.

Belajar dari pengalaman mobil nasional (mobnas) sebelumnya yang selalu gagal di tengah perjalanan menembus pasar dalam negeri maka kelangsungannya perlu didukung dan dikawal oleh semua pihak.

Karena untuk menyerap pasar dalam negeri sesuatu hal yang tidak mudah karena harus berhadapan dengan  produsen mobil kelas dunia yang sudah lama menguasai pasar.

Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta mengatakan, kelangsungan mobil nasional Kiat Esemka tergantung kompetisi produk tersebut di pasar, sehingga diperlukan beberapa uji kelayakaan sebelum memasuki pasar otomotif nasional.

Untuk mobil Esemka ini sendiri, kata Menteri Hidayat, sejak 2010 Kementerian Perindustrian telah membantu dengan memberikan Nomor Induk Kendaraan (NIK) kepada Kiat Esemka.

"Kami sudah memberikan bantuan dalam proses perakitan, namun saat Esemka dibuat dalam kerangka pendidikan, kalau posisinya ingin ditingkatkan menjadi komersial belum dibicarakan," kata Hidayat.

Ia menganjurkan agar produksi mobil jenis "Sport Utility Vehicle" (SUV) tersebut bekerja sama dengan investor dan kementerian BUMN, karena industri otomotif termasuk industri padat modal.  

"Tapi tekad kami pada 2012 sudah ada beberapa produk mobnas yang dapat diluncurkan, saya ingin membuat pameran mobil-mobil tersebut setelah selesai uji kelayakan," tambah Hidayat.

Kompetisi di pasar otomotif menurut Hidayat cukup ketat, sehingga perjalanan mobnas harus diperjuangkan, namun sejauh ini Esemka sudah mendapat dukungan dari masyarakat, misalnya dengan pemesanan 40 unit mobil tersebut oleh organisasi Kosgoro 1957.

Oleh karena itu, semua pihak harus banyak belajar lagi agar kelangsungan mobnas ini bisa memasuki pasar dalam negeri bahkan dapat menggoyang pasar mobil nasional di masa mendatang.

Mobil bermerek Kiat Esemka yang dirakit siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Solo dan SMK Warga Surakarta bekerja sama dengan perusahaan Kiat Motor itu merupakan merek mobnas ke-16 sejak 1990.

Akan tetapi ke 15 merek mobnas sebelumnya yang mendahuluinya tidak ada kelanjutanya dalam pasar otomotif nasional.

Pengamat Otomotif Suhari Sargo mengingatkan kepada produsen Mobnas untuk tidak sebatas memproduksinya.  
Ada tiga hal yang harus dilakukan produsen Mobnas, katanya, pertama akselerasi teknologi mobil terkini harus dikejar dalam penyempurnaan produk.

Apalagi dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM, tentunya produsen juga harus mencari terobosan teknologi  selaras  dengan kebijakan pemerintah tersebut yang akan diberlakukan April mendatang.

Kedua fokus di segmen pasar yang dituju dan terakhir perkuat mata rantai penjualan dan layanan after sales.

Bila ketiga langkah itu konsisten dijalankan produsen Mobnas, maka ia yakin aka bertahan.

"Minimal tidak tergilas penjualan mobil merek luar," ujarnya. Idealnya Mobnas adalah mobil yang dibuat secara sumber daya baik manusia, bahan dan teknologinya dari Indonesia yang kemudian diakui secara sah oleh pemerintah sebagai Mobnas.  

Dalam hal teknologi, Suhari menjelaskan, sangat susah bagi negara berkembang seperti Indonesia menghadirkan inovasi teknologi mobil terbaru.

Karenanya perlu dilakukan kerja sama dengan beberapa produsen otomotif untuk awal mula pengembangan teknologi industri otomotif.

Seperti yang dilakukan Proton dengan menggandeng Mitsubishi ketika didirikannya di tahun 1983.
   
                                                 Semangat mobnas
Semangat mobnas 2012 kali ini berbeda dengan samangat mobnas yang digaungkan pada tahun 90-an.

Pada tahun 90 an cita-cita mobnas yang diluncurkan oleh produsen mobil Mazda dan diprakasai oleh Indo Mobil yang bernama MR90 (Mobil Rakyat 90) diharapkan dengan harga murah pada waktu itu dapat dijangkau oleh masyarakat menengah.

Akan tetapi Mobnas 2012 meluncur dari dukungan pemerintah melalui kreatifitas anak didik badan pendidikan bukan dari  perusahaan besar sehingga dapat dukungan moral seluruh masyarakat.

Oleh karena itu, mobnas kali ini perlu dukungan sepenuhnya dari semua pihak sehingga nanti dapat meluncur ke pasar mobil nasional secara berkesambungan.

MR 90 gagal dan dilanjutkan mobil Timor produksi KIA Korea Selatan yang diprakasai PT Timor Putra Nasional milik Hutomo Mandala Putra didukung penuh oleh pemerintah Suharto melalui kebijakan resmi (Keppres dan inpres).

Mobnas  yang dirancang oleh rumah desain Zagato Italia itu tergolomg banyak diminati oleh konsumen dalam negeri tapi  langkahnya terhenti akibat krisis moneter 1998.

Padahal sejak tahun itu Kementerian Perindustrian juga memberikan berbagai insentif dan juga perangkat peraturan yang mendukung pembuatan Mobnas melalui pendekatan peningkatan kandungan lokal.

Dengan kebijakan itu maka akhirnya hanya perusahaan bermotor roda dua saja yang kini mulai berkembang, yakni saat ini sudah terdapat 40 perusahaan industri beromotor roda dua  dengan produksi  8,5 juta unit per tahun.

Jenis motor bebek misalnya, bisa dibilang paling sukses karena memiliki kandungan lokal 98 persen dan yang dua persen  masih diimpor.

Sedangkan untuk roda empat, sudah ada 20 perusahaan yang sebagian besar merupakan agen pemegang merk.  
Kandungan lokalnya juga terus meningkat, bahkan untuk jenis MPV sudah mencapai 80 persen.

Perkembangan seperti ini tentu menggembirakan,  karena bangsa ini semakin menunjukkan kualitasnya untuk menuju kemandirian.

Oleh karena itu Mobnas 2012 seperti mobil merek Kiat Esemka untuk dapat meluncur memasuki pasar otomotif nasional harus memenuhi beberapa tahap lagi, seperti memenuhi  Peraturan Menteri Perindustrian No 59 Tahun 2010 tentang Industri Kendaraan Bermotor.

Dalam aturan itu dipersyaratkan, pembuatan kendaraan harus memiliki izin usaha industri, melakukan kegiatan perakitan kendaraan yang utuh, melakukan pengujian dan pengendalian mutu.

Selain itu, juga memiliki perjanjian merek dengan prinsipal, atau merek terdaftar pada Direktorat  Hak Atas Kekayaan Intelektual.

Lalu masih ada lagi ketentuan nomor identifikasi kendaraan (NIK) dan tanda pendaftaran tipe (TPT).

Setelah persyaratan ini komplit barulah mengajukan uji laik jalan ke Kementerian Perhubungan.

Selain itu juga harus memperhatikan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Produsen lokal juga dituntut harus profesional di bidang pemasaran dan layanan purna jual.

Tanpa mengurangi semangat Mobnas, kapasitas pabrik dan menjaga mutu hasil produksi hendaknya tetap menjadi prioritas utama sesuai kebutuhan pasar di dalam negeri.  

Walau kita terus mendukung terwujudnya Mobnas, hal -hal seperti itu tentu tidak boleh  dilewati begitu saja.

Semangat nasionalisme boleh tinggi,  namun tetap harus jernih menunjukkan hasil karya nyata berjangka panjang dan memuaskan konsumen Indonesia di masa depan. (S006/A025)

Pewarta: Setiyono

Editor : Indra Gultom


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012