Palembang  (ANTARA) - Kasus perenang nasional Akbar Nasution dibawa ke Majelis Tinggi Badan Arbitrase Olahraga Indonesia setelah tidak ditemukan kesepakatan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi, kata Ketua Bidang Hukum KONI Sumsel Haris Fachri.

"Karena tidak ditemukan kesepakatan mengenai kompensasi yang diinginkan Jambi, kasus Akbar diputuskan dewan hakim dilanjutkan ke Majelis Tinggi Arbitrase. Apalagi, tidak ada aturan mengenai besaran kompensasi yang harus diberikan atas perpindahan atlet itu," ujar Haris, di Palembang, Senin.

Hanya saja, dia mengaku heran karena pihak Jambi tidak pernah menyatakan secara gamblang mengenai besaran kompensasi dana yang diinginkan atas perpindahan Akbar itu.

"Kami sudah menyodorkan jumlah dana yang dijadikan kompensasi, tapi Jambi tidak menyatakan menerima atau menolak. Inilah yang membuat dewan hakim bingung, apakah besarannya kurang atau lebih. Karena tidak ada ketegasan, dilanjutkan ke Majelis Tinggi Arbitrase mengingat Sumsel kukuh dengan besaran kompensasi yang akan diberikan," ujarnya.

Menurut dia, penyelesaian kasus ini menjadi alot karena kedua belah pihak menghindari istilah "jual beli atlet".

"Sumsel bersedia memberikan kompensasi, sementara yang bakal menerima yakni Jambi tidak mau menyebutkan berapa nominal yang diinginkan karena takut tersandung dengan istilah 'jual beli' yang sangat dilarang oleh Badan Arbitrase Olahraga Indonesia," kata dia. Keputusan final akan ditetapkan pada Majelis Tinggi Arbitrase.

"Jika sudah masuk Majelis Tinggi Arbitrase, maka pihak yang menggugat (Jambi, Red) harus membayar Rp11 juta jika kalah kepada pihak tergugat (Sumsel, Red)," kata dia.

Dia pun optimistis nantinya Sumsel akan memenangkan kasus itu, karena telah menjalankan mekanisme perpindahan atlet sesuai dengan aturan yang berlaku.

"Sumsel merekrut Akbar dalam status memang tidak terikat dengan provinsi mana pun, selain itu memang terbukti bahwa Akbar tidak dibina Jambi setelah PON tahun 2008, dan mutasi merupakan hak asasi seorang atlet," ujarnya.

Akbar Nasution yang dihubungi beberapa waktu lalu mengatakan, sejak awal berniat meninggalkan Jambi karena tidak mendapatkan pembinaan setelah PON Kaltim tahun 2008.

"Semua saya jalani sendiri, tanpa bantuan dari Jambi sejak PON Kaltim yang lalu. Tapi, setelah menjelang PON Riau, kenapa dipermasalahkan," ujar adik kandung Elvira Rosa Nasution ini.

Akbar, putra bungsu mantan pelatih polo air Indonesia Radja M Nasution ini berharap masalahanya itu segera berakhir, sehingga dapat fokus mempersiapkan diri ke PON Riau tahun 2012.

"Saya ingin meraih prestasi terbaik pada PON Riau nanti bersama Sumsel," kata dia.

Pada PON mendatang, Sumsel mengusung target tiga besar dengan setidaknya meraih 70 medali emas.

Beberapa atlet nasional telah dibina sejak beberapa tahun terakhir untuk mencapai target itu, mengingat pada PON Kaltim lalu hanya peringkat 14 dengan raihan 17 emas.   (ANT/KR-SUS*B014)

Pewarta:

Editor : Indra Gultom


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012