Jambi (ANTARA Bengkulu) - Produksi udang kertak Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, mulai menembus pasar Hongkong dan Taiwan.

"Selama ini baru seputar Malaysia dan Singapura, tapi saat ini sudah menembus Hongkong dan Taiwan," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Tanjung Jabung Barat Zabur Rustam di Kualatungkal, ibu kota Kabupaten Tanjabbar, Selasa.

Menurut dia, awalnya udang kertak atau udang berukuran jumbo yang juga memiliki banyak nama khusus itu di Tanjabbar tidak dilirik nelayan setempat.

Namun, awal 1990an seiring masuknya beberapa pendatang di Tanjabbar, khususnya di Kota Kualatungkal, udang kertak mulai digemari para pendatang khususnya masyarakat mancanegara.

Zabur menyebutkan, setiap tahun produksi udang kertak Tanjabbar menembus dua juta ekor. Sebagian besar produksi udang kertak itu diekspor ke luar negeri.

Khusus di Tanjabbar sedikitnya ada 19 usaha penampungan udang kertak yang siap memasok kebutuhan konsumsi udang mancanegera.

Sementara itu, salah seorang pengusaha udang kertak di Kota Kualatungkal Hendri mengaku dalam sehari mampu menampung udang ketak sebanyak seribu ekor dengan transaksi tidak kurang dari Rp10-Rp15 juta.

Dia menyebutkan, untuk udang dengan ukuran jumbo harganya mencapai Rp33 ribu per ekor. Ukurang sedang atau sekitar 10 inci dibeli dengan harga Rp28 ribu sementara ukuran terkecil antara Rp5-7 ribu.

"Udang dikirim dalam keadaan masih hidup melalui bandara di Kota Jambi," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam satu hari dirinya dan pengusaha lainnya mampu mengirim antara 20-30 boks berisi ribuan  udang kertak ke Singapura dan negara lainnya melalui Jakarta.

 "Kami juga melayani permintaan dalam negeri, khususnya untuk memasok rumah makan atau restoran di Jakarta," tambahnya.

Sayangnya, mendunianya udang ketak di Tanjabbar belum banyak diketahui masyarakat setempat karena tidak banyak rumah makan atau restoran di daerah itu yang menjual makanan dengan menu udang kertak. (T.KR-BS/N002)

Pewarta:

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012