Dalam dua pekan terakhir, komoditas pisang dari Pulau Enggano Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu tidak bisa dibawa keluar pulau karena keterbatasan sarana transportasi.

“Sejak 9 November pisang tidak bisa dibawa keluar dari Pulau Enggano karena keterbatasan transportasi dan kerusakan alat derek,” kata Koordinator Ikatan Keluarga Pemuda-pemudi Enggano (IKAPE) Edwar Haryadi Ka'ahoao, di Bengkulu, Selasa.

Ia mengatakan kapal feri Pulo Tello yang menjadi andalan warga untuk menuju dan keluar pulau, dalam sebulan terakhir tidak berlayar karena mengalami kerusakan pada bagian lambung kapal setelah menabrak karang di sekitar perairan Desa Malakoni.

Sementara kapal perintis sabuk nusantara KM 52 sedang menjalani perawatan rutin atau “docking” di luar kota.

“Ada kapal pengganti sabuk nusantara KM 46 tapi ukurannya lebih kecil dan tidak bisa membawa pisang karena alasan derek rusak,” katanya.

Kondisi ini kata Engga membuat warga Pulau Enggano menjerit karena sebagian besar warga menggantungkan pendapatan dari bertani komoditas pisang.

Ia berharap pemerintah daerah mencarikan solusi sehingga komoditas pisang dan ikan dapat dibawa dan dipasarkan keluar dari Pulau Enggano.

Sementara Kepala Bidang Pelayaran Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu Sugeng Darojati mengatakan sudah mengusulkan ke Kementerian perhubungan untuk mengganti kapal feri Pulo Tello yang mengalami kerusakan pada bagian lambung.

“Surat permintaan pengganti kapal feri sudah dilayangkan Bupati Bengkulu Utara pada 1 November 2019 dan Gubernur Bengkulu juga sudah bersurat ke Menteri,” katanya.

Sedangkan kapal sabuk nusantara KM 52 dijadwalkan selesai “docking” dan akan berlayar ke Bengkulu pada Selasa 3 Desember 2019.

Untuk sementara ini kata Sugeng, hasil bumi berupa pisang tetap dapat diangkut dengan KM 46 dengan volume terbatas menggunakan karung.

Pewarta: Anggi Mayasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019