Jakarta (ANTARA Bengkulu) - Kepala Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Kupin Simbolon mengatakan belum ada penyidikan tuntas mengenai kematian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang ada di Riau.

"Jumlah gajah yang mati pada 2012 mencapai 15 ekor, dua diantaranya mati di TNTN. Namun dari semua kasus tersebut belum ada penyidikan yang tuntas terkait kematian gajah tersebut," ujar Kupin usai penandatangan nota kesepahaman antara lembaga Eijkman dan lembaga swadaya masyarakat World Wildlife Fund (WWF) di Jakarta, Senin.

Gajah-gajah tersebut mati di wilayah perkebunan dan wilayah konsesi. Menurut dia, yang saat ini sedang dikembangkan adalah penyidikan mengenai kematian lima ekor gajah

Jumlah populasi gajah di Riau, lanjut dia, diperkirakan sekitar 60 hingga 80 ekor.

"Gerombolan gajah memakan tunas-tunas muda tanaman. Hal itu menjadikan gajah sebagai musuh bagi petani maupun pengusaha sawit sehingga terjadi konflik," tambah dia.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Dr Ir Novianto Bambang W MSi mengatakan pihaknya serius menyelidik kematian gajah yang terjadi di Sumatera.

"Gajah mempunyai daya jelajah. Mereka berkeliling, namun sayangnya wilayah tempat mencari makanan mereka sudah beralih fungsi menjadi perkebunan, wilayah konsesi dan perkebunan," jelas Novianto.

Menurut Novianto, semua hal tersebut adalah kesalahan masa lalu yang tidak mempertimbangkan pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian satwa liar.

Koordinator program spesialis spesies harimau dan gajah WWF Indonesia, Sunarto Phd, mengatakan pada 2012 terjadi kematian 27 gajah yakni 15 di Riau dan 12 di Aceh.

Meskipun demikian, hingga sekarang belum ditetapkan siapa tersangka dibalik kematian gajah-gajah tersebut.

"Penegakan hukum harus tetap berjalan " tukas Sunarto.

Sunarto memprediksi kematian gajah tersebut dilakukan secara sistematis karena pemotongan gading dilakukan secara sistematis. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013