Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, menyebutkan kualitas tanaman aren daerah itu termasuk dalam varietas unggulan nasional.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanak) Rejang Lebong, M Yusup saat dihubungi di Rejang Lebong, Minggu, mengatakan varietas aren setempat ialah Semulen ST1 yang sudah dilepas Kementerian Pertanian 2018, di mana varietas ini nomor empat nasional setelah varietas dari Tomohon, Jawa Barat dan Kalimantan.
Baca juga: Antisipasi penyebaran Corona Rejang Lebong liburkan anak sekolah
"Varietas aren Semulen ST1 Rejang Lebong ini mempunyai kualitas dan kuantitas terbaik nomor empat nasional setelah varietas dari Tomohon, Jawa Barat dan varietas Kalimantan," ujar dia.
Keunggulan dari varietas aren Semulen ST1 ini selain memiliki kemampuan produksi air nira yang cukup banyak yakni 15-30 liter per hari, tahan hama dan mudah tumbuh di berbagai wilayah di Rejang Lebong.
Tanaman aren, kata dia, merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Rejang Lebong setelah kopi, di mana tanaman ini merupakan jenis tanaman multiguna baik untuk kepentingan ekonomi, agroforestri, konservasi dan industri padat karya dan lainnya.
Baca juga: Dua pelajar Rejang Lebong jadi korban perampokan di kawasan Bendungan Trokon Musi Kejalo
Tanaman aren atau enau itu sudah ditanam oleh warga Rejang Lebong yang saat itu salah satu wilayah yang masuk dalam kekuasaan kerajaan Sriwijaya pada abad 9 hingga 10 masehi.
Keberadaan tanaman aren ini, tambah dia, disebutkan dalam prasasti Talang Tuo di Taman Bukit Siguntang Kota Palembang, pada 684 masehi semasa Kerajaan Sriwijaya kepemimpinan raja Bala Putra Dewa yang memerintahkan seluruh warganya untuk menanam aren, pinang dan kelapa karena dinilai mempunyai banyak manfaat dan untuk kelangsungan kehidupan manusia dalam jangka panjang.
Dari data Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong diketahui total luasan tanaman aren mencapai 1.083,4 hektare tersebar dalam 15 kecamatan, dengan jumlah produksi mencapai 511 ton atau rata-rata produksi per tahun per hektare sebanyak 811 kg gula aren atau gula batok.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanak) Rejang Lebong, M Yusup saat dihubungi di Rejang Lebong, Minggu, mengatakan varietas aren setempat ialah Semulen ST1 yang sudah dilepas Kementerian Pertanian 2018, di mana varietas ini nomor empat nasional setelah varietas dari Tomohon, Jawa Barat dan Kalimantan.
Baca juga: Antisipasi penyebaran Corona Rejang Lebong liburkan anak sekolah
"Varietas aren Semulen ST1 Rejang Lebong ini mempunyai kualitas dan kuantitas terbaik nomor empat nasional setelah varietas dari Tomohon, Jawa Barat dan varietas Kalimantan," ujar dia.
Keunggulan dari varietas aren Semulen ST1 ini selain memiliki kemampuan produksi air nira yang cukup banyak yakni 15-30 liter per hari, tahan hama dan mudah tumbuh di berbagai wilayah di Rejang Lebong.
Tanaman aren, kata dia, merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Rejang Lebong setelah kopi, di mana tanaman ini merupakan jenis tanaman multiguna baik untuk kepentingan ekonomi, agroforestri, konservasi dan industri padat karya dan lainnya.
Baca juga: Dua pelajar Rejang Lebong jadi korban perampokan di kawasan Bendungan Trokon Musi Kejalo
Tanaman aren atau enau itu sudah ditanam oleh warga Rejang Lebong yang saat itu salah satu wilayah yang masuk dalam kekuasaan kerajaan Sriwijaya pada abad 9 hingga 10 masehi.
Keberadaan tanaman aren ini, tambah dia, disebutkan dalam prasasti Talang Tuo di Taman Bukit Siguntang Kota Palembang, pada 684 masehi semasa Kerajaan Sriwijaya kepemimpinan raja Bala Putra Dewa yang memerintahkan seluruh warganya untuk menanam aren, pinang dan kelapa karena dinilai mempunyai banyak manfaat dan untuk kelangsungan kehidupan manusia dalam jangka panjang.
Dari data Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong diketahui total luasan tanaman aren mencapai 1.083,4 hektare tersebar dalam 15 kecamatan, dengan jumlah produksi mencapai 511 ton atau rata-rata produksi per tahun per hektare sebanyak 811 kg gula aren atau gula batok.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020