Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Warga Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu meminta pemerintah menertibkan perambah kawasan Hutan Lindung Bukit Daun.

"Karena setiap hujan turun, desa kami yang berada di bawah Hutan Lindung Bukit Daun selalu diterjang banjir bandang," kata Kepala Desa Rindu Hati Sutan Mukhlis di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan pembukaan lahan di kawasan hutan negara itu membuat daerah tangkapan air rusak sehingga saat hujan turun, material tanah dan batu ikut hanyut.

Akibatnya kata dia, hujan dengan intensitas cukup tinggi yang terjadi pada Rabu (23/1) mengakibatkan banjir bandang karena Sungai Rindu Hati meluap.

Bencana itu terjadi pada pukul 00.15 WIB saat warga desa sudah terlelap dalam tidur.

"Sebagian warga mendengar suara letusan kencang yang kemudian disusul dengan banjir bandang," katanya.

Banjir ini bukanlah yang pertama kali terjadi di desa Rindu Hati. Pada Mei 2012, banjir yang cukup besar juga menimpa desa tua itu.

Namun, banjir kali ini kata dia merupakan banjir yang paling besar dan menelan banyak kerugian.

Banjir bandang itu mengakibatkan 60 hektare sawah milik 70 kepala keluarga rusak akibat tertimbun lumpur dan tergerus air.

Meski tidak menelan korban jiwa, satu rumah roboh, delapan terendam air dan lima dapur rumah warga hanyut terbawa banjir.

Selain itu dua unit mesin penggiling padi rusak terendam air, dan dua buah sepeda motor terseret air sampai ke hilir.

Kerugian lainnya yang mengancam petani adalah sawah yang terancam kekeringan sebab empat bangunan irigasi jebol.

 "Padahal irigasi ini baru saja direnovasi pasca banjir Mei 2012," katanya.

Ia mengatakan petani di desa itu mengharapkan irigasi jebol segera ditangani sebab tanpa mengusahakan areal persawahan maka paceklik akan menimpa masyarakat Desa Rindu Hati.

Sementara itu Direktur Yayasan Ulayat Bengkulu Oka Adriansyah usai memberikan bantuan berupa tenda dan alat mandi ke desa Rindu Hati mengatakan pemerintah perlu mengatasi penyebab terjadinya bencana banjir bandang yang berulang.

"Sebenarnya akar masalah sudah jelas, penduduk sendiri mengetahui penyebabnya adalah perambahan di hulu sungai," kata Oka.

Selain perambahan, penduduk setempat, kata dia, juga mengeluhkan operasi pertambangan batu bara di sekitar desa mereka.

Pada dasarnya, kata dia, masyarakat Rindu Hati sudah menjaga kelestarian hutan dan DAS Air Bengkulu melalui upaya rehabilitasi.

Namun, saat masyarakat sudah memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian alam dan dengan tegas menolak pembukaan tambang di daerah hulu, pemerintah masih saja memberikan izin eksploitasi tambang.

"Izin prinsip telah dikeluarkan pemerintah kepada PT Bara Mega Quantum dan PT MK," katanya.

Saat ini PT MK sudah melakukan pembukaan lahan, sementara masyarakat Rindu Hati tidak pernah mendapatkan informasi tentang perusahaan yang beroperasi di dekat desa mereka itu. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013