Kota Bengkulu (ANTARA) - Pengangkatan Riefian Fajarsyah atau yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Produksi Film Negara (PFN) menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
Banyak pihak mempertanyakan kapasitas vokalis band Seventeen itu dalam memimpin perusahaan milik negara yang bergerak di industri perfilman. Keraguan publik berkisar pada pengalaman serta keahliannya di dunia film, mengingat PFN memiliki peran strategis dalam industri kreatif Indonesia.
Banyak yang menilai bahwa keputusan ini tidak sejalan dengan prinsip meritokrasi yang menekankan pada keahlian dan prestasi individu dalam bidang terkait.
Salah satu yang turut mengkritik pengangkatan ini adalah aktor Fedi Nuril. Dalam unggahan di media sosial, Fedi menyinggung janji meritokrasi yang sebelumnya digaungkan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Kata @prabowo 'kita harus menuju ke arah merit (kemampuan) system. Prestasi!' Tapi, yang diangkat menjadi Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) malah Ifan Seventeen yang kemampuan, pengalaman dan prestasinya dalam film Indonesia gak jelas,” tulis Fedi Nuril dalam X-nya.
Senada dengan Fedi, sutradara ternama Joko Anwar juga memberikan komentar mengenai jabatan baru Ifan di PFN.
Dalam pernyataannya di kanal YouTube Kemal Pahlevi, Joko Anwar menilai bahwa industri perfilman memiliki kompleksitas tersendiri dan membutuhkan pemimpin yang benar-benar memahami dunia tersebut.
“Setelah jelas visi misinya dari PFN, baru ketahuan Ifan Seventeen tidak cocok atau tidak cocok banget jadi Dirut (PFN), gue nggak bilang cocok ya,” ujar Joko Anwar.
Selintas tentang Ifan di Dunia Film
Di sisi lain, Ifan Seventeen tidak tinggal diam dalam menanggapi kritik yang datang bertubi-tubi. Melalui unggahan di media sosialnya, ia menegaskan bahwa dirinya bukan orang baru di industri film.
Ifan mengklaim telah memiliki rumah produksi sejak 2019 dan pernah menjabat sebagai eksekutif produser dalam pembuatan film.
Selain itu, ia juga memiliki pengalaman berakting dalam beberapa film, seperti Sukep: The Movie (2019), Kemarin (2020), dan Melukis Harapan di Langit India (2024). Ia pun tampil sebagai dirinya sendiri dalam serial Satu Hati Dua Janji (2021).
Dalam unggahannya, Ifan mengungkapkan bahwa ia menerima jabatan ini dengan penuh kerendahan hati dan menganggapnya sebagai amanah besar untuk mengembangkan industri perfilman nasional.
“Saya sadar bahwa banyak pertanyaan muncul dari berbagai kalangan tentang bagaimana seorang yang berasal dari dunia musik kini memegang tanggung jawab tertinggi di sebuah institusi perfilman milik negara.” tulis Ifan dalam unggahan Instagramnya, Jumat (14/3).
Namun, pernyataan Ifan ini tidak cukup meredam skeptisisme publik. Di kolom komentar unggahannya, berbagai tanggapan bermunculan, mulai dari yang mendukung hingga yang meragukan kemampuannya.
Sejumlah warganet menyoroti bagaimana tokoh-tokoh perfilman yang lebih berpengalaman, seperti Joko Anwar, Riri Riza, dan Hanung Bramantyo, justru tidak dipilih untuk posisi tersebut.
Adapun Kementerian BUMN telah mengonfirmasi penunjukan Ifan sebagai Direktur Utama PT Perum Produksi Film Negara (PFN). Keputusan ini menandai langkah baru dalam karier Ifan, yang sebelumnya lebih dikenal sebagai musisi. Dengan kepercayaan yang diberikan, ia diharapkan mampu memimpin PFN dan membawa perubahan positif bagi industri perfilman nasional.
Meskipun lebih dikenal di dunia musik, latar belakang Ifan yang beragam di bidang seni dan hiburan dinilai dapat memberikan perspektif baru bagi industri film Indonesia. Pengalamannya di industri kreatif diharapkan dapat menjadi nilai tambah dalam mengembangkan PFN serta mendorong inovasi di sektor perfilman Tanah Air.