Puluhan buruh perempuan pemilah batu bara di Bengkulu Jumat (17/4) menyegel stockpile PT Bencolen Carbon Coal (BCC) karena tidak membayar gaji selama berbulan-bulan.

Salah satu perwakilan buruh Novita Sari mengatakan sejak awal Oktober 2019 ada sekitar 117 pekerja tidak menerima gaji dari PT BCC. Mayoritas buruh pemilah batu bara di stockpile yang ada di Kelurahan Teluk Sepang tersebut adalah perempuan.

Kata Novita, sudah berbagai upaya dilakukan buruh untuk memperjuangkan gaji tersebut, mulai dari mendatangi pengelola stockpile PT BCC sampai meminta kepada Disnakertrans Provinsi Bengkulu untuk memanggil pihak PT BCC dan menyelesaikan pembayaran gaji pekerja.

Hasil dari pertemuan ke Disnakertrans Provinsi Bengkulu pada 18 November 2020 ada perjanjian bersama antara perusahaan dan pekerja dengan nomor 26/PB/DKKTRANS-03/2019. 

Salah satu kesepakatannya adalah perusahaan akan membayar sisa upah yang belum dibayar selambat-lambatnya 45 hari sejak perjanjian ditandatangani.

Hasil mediasi yang dilakukan oleh Disnakertrans tersebut, pimpinan PT BCC membayarkan gaji sebesar 25 juta yang ditransfer kepada Rustam selaku pengelolah stockpile di Teluk Sepang. 

Uang 25 juta kemudian dibagikan merata kepada pekerja dan  rata-rata mendapatkan gaji Rp.200-550 berdasarkan besar gaji yang belum dibayarkan. Sisa gaji yang belum dibayarkan sebesar 140 juta rupiah.

"Buruh perempuan masih menunggu itikad baik pemimpin PT BCC untuk membayar namun tidak ada juga proses pembayaran," kata Novita di Bengkulu, Jumat (17/4).

Novita menambahkan buruh masih menunggu proses penjualan batu bara yang tersisa karena para pekerja berwenang untuk menjualkan batu bara yang ada di stockpile berdasarkan perjanjian bersama tanggal 31 Januari 2020 dengan nomor 03 DTKTRANS-03/2020. 

Faktanya, pada 15 April 2020 pekerja melihat stok batu bara yang ada sudah berkurang dan pihak perusahaan mengaku itu adalah pencurian. 

Anehnya, stockpile tersebut sangat jelas ada alat berat, portal di gembok rapi, petugas perusahaan tidak panik atau pun melapor kepolisi.

Novita menduga kejadian ini disengaja, hanya akal-akalan perusahaan untuk mengeluarkan batu bara itu tanpa sepengatahuan oran lain. Hal ini mengindikasikan pihak perusahaan tidak mau melunasi gaji yang belum dibayarkan tersebut.

"Kami sudah kemana-mana mulai dari mendatangi pengelola stockpile sampai ke Disnakertrans tapi sisa gaji kami sampai saat ini masih belum dibayarka," kata Novita.

"Penyegelan ini dilakukan sampai para pekerja mendapatkan gaji yang belum dibayarkan," tegas Novita.

Sementara itu aktifis Kanopi Hijau Indonesia Suarli menyebut bahwa pihaknya sudah memfasilitasi buruh perempuan untuk bertemu dengan pihak Disnakertrans, tapi belum ada niat baik dari perusahaan hal ini dibuktikan hilangnya batubara di stockpile PT BCC.

"Maka kami meminta Gubernur Bengkulu selaku pemimpin untuk memerintahkan perusahaan untuk segera membayar upah buruh yang belum dibayar, jika tidak diindahkan maka selaku gubernur harus memberikan hukuman kepada perusahaan PT. BCC," tegas Suarli.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020