Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Petani karet di Bengkulu hingga saat ini masih menjual getah dalam bentuk asalan, sehingga harga beli pedagang tergolong rendah.

Kalau petani karet di luar Bengkulu sudah ada menjual getah karet dalam bentuk olahan ke pabrik, sehingga mereka menikmati harga tinggi, kata seorang pemerhati perkebunan Edi Sugiarto di Bengkulu, Selasa.

Ia menilai, mutu getah karet petani di Bengkulu sebagian besar sangat bagus dan tidak ada campuran, berbeda dengan produksi petani di provinsi tetangga ada yang masukan tanah dan batu dalam gumpalan karet.

Namu kelemahan petani Bengkulu belum ada yang mau mengelola getah karet setengah jadi seperti petani di Jambi yaitu dibuat tipis dan kering seperti olahan pabrik.

Padahal potensi tanaman karet di Bengkulu sangat cocok bila dibadingkan tanaman sawit karena topografinya bergelombang dan berbukit-bukit.

Tanaman karet juga bisa menahan tanah agar tidak longsor disamping menjadi pohon pelindung, berbeda dengan tanaman sawit yang cendrung mau tumbuh subur pada lahan gambut dan datar.

Akibat ketidak tahuan petani Bengkulu mereka menanam sawit pada daerah bergelombang dan terjal, sehingga saat panen buahnya masuk jurang dan menyulitkan.

Ke depan diperlukan tenaga penyuluh yang handal untuk membantu petani mengembangkan tanaman karet dan tanaman tahunan lainnya, sehingga mereka tidak selalu dirugikan, ujarnya.

Seorang pedagang pengumpul karet asalan H Jasarudin mengatakan, getah karet yang dibelinya dari petani selama ini sebagian besar dalam bentuk mangkok, bukan dalam bentuk persegi dan tebal.

Untuk harga beli pekan ini terjadi kenaikan menjadi Rp10.500 dari sebelumnya Rp10.000 per kilogram, sedangkan karet kualitas sedang dibeli Rp9.800 per kilogram. (Antara)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013