Jakarta, (Antara Bengkulu) - Perum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara  mengajak masyarakat untuk mengawal Bahasa Indonesia sebagai politik bangsa, termasuk Bahasa Indonesia dalam pemberitaan yang terkikis kepentingan komersil.
        
"Sejak awal, Antara merasa perlu melestarikan Bahasa Indonesia sebagai politik bangsa," kata Direktur Perum LKBN Antara Saiful Hadi pada seminar yang bertajuk "Kode Etik Jurnalistik dan Penggunaan Bahasa Dalam Pemberitaan Media" di Wisma Antara, Jakarta, Kamis.
        
Saiful mengatakan bahasa merupakan komponen penting dari keempat pilar bangsa, setelah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
        
"Bahasa merupakan pilar yang kelima, kalau bangsa Indonesia meninggalkan Bahasa Indonesia, maka akan mudah bagi kelompok-kelompok ekstrem untuk merongrong NKRI," katanya.
        
Menurut Saiful, bahasa seringkali diabaikan karena bahasa dinilai sebagai tema yang tidak menarik perhatian orang banyak.
        
"Bahasa ini tema yang tidak seksi, tetapi menjadi kawalan penting selain budaya," katanya.
        
Dia juga mengaku khawatir akan bahasa pemberitaan yang kian luntur dari bahasa Indonesia karena kepentingan komersil.
        
"Berbagai media massa, terutama di daerah mengaku mendapat oplah yang lebih besar jika menggunakan bahasa daerah," katanya.
        
Saiful mengimbau baik pewarta, redaktur maupun pemilik media untuk bertanggung jawab atas pemakaian bahasa pemberitaan tersebut karena dampaknya berimbas kepada masyarakat luas.
        
"Karena itu, Antara sangat 'concern' (memperhatikan) dan berkepentingan perkembangan bahasa Indonesia untuk media massa, baik cetak maupun elektronik," katanya.
        
Hal sama juga disampaikan Sekretaris Menteri Politik Hukum dan Keamanan Letjen TNI Langgeng Sulistyo yang menilai bahasa merupakan hal yang terikat dengan rambu-rambu.
        
"Kalau orang yang tidak suka akan aturan, maka tidak akan suka dengan bahasa ini," katanya.
        
Langgeng juga mengatakan pers merupakan komponen penting sebagai penyampai pemikiran melalui bahasa untuk mempersatukan bangsa.
       
"Penting bagi media untuk memberitakan yang benar, yang membuat hati adem-ayem. Posisi redaktur ini fundamental dalam menentukan arah pemberitaan karena wartawan mungkin banyak tantangannya di lapangan," katanya.
        
Seminar tersebut dihadiri Direktur Pemberitaan LKBN Antara Akhmad Kusaeni, Staf Ahli Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dendi Sugono, Mantan Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Wina Armada Sukardi, dan Pengamat Sosial Politik J Kristiadi. (Ant)

Pewarta: oleh Juwita Trisna Rahayu

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013