Warga di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu mulai kesulitan mendapatkan bahan pangan setelah lebih dari tiga pekan tak ada kapal yang berlabuh di pulau tersebut akibat gelombang tinggi.

Ketua Forum Kepala Desa, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu Reddy Heloman mengatakan saat ini persediaan beras yang tersisa di pulau terluar itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama seminggu kedepan.

"Kalau beras yang dijual di warung-warung sudah habis, yang tersisa tinggal beras panen masyarakat dan itupun sudah menipis hanya cukup untuk satu minggu kedepan," kata dia saat dihubungi melalui telepon, Kamis.

Beras sisa panen petani setempat itu, kata Reddy, dijual dengan harga Rp12 ribu per kilogram dan itu pun sedikit sekali petani yang mau menjualnya karena lebih memilih untuk keperluan keluarga mereka ketimbang dijual.

Reddy menyebut, selain beras persediaan bahan pangan lainnya seperti bawang merah, bawang putih, sayur-sayuran, gula pasir dan kopi juga sudah habis.

Bahkan, kata dia, beberapa waktu lalu harga bawang merah di pulau tersebut tembus Rp100 ribu per kilogram.

"Kalau pun ada yang jual harganya itu mahal sekali karena dibawa menggunakan pesawat perintis dari Kota Bengkulu, ongkos bawanya itu lebih mahal dibanding lewat kapal," paparnya.

Ia menambahkan, saat ini satu-satunya transportasi yang tersedia untuk keluar maupun menuju pulau tersebut yakni menggunakan pesawat perintis dari Bandara Fatmawati Soekarno Kota Bengkulu.

Itu pun, kata dia, jumlah penerbangannya sangat terbatas yakni hanya satu kali seminggu untuk minggu ganjil dan dua kali seminggu untuk minggu genap.

"Karena yang transportasi yang ada saat ini hanya tinggal pesawat ya kami berharap jadwal penerbangannya bisa ditambah, karena setiap kali keberangkatan itu selalu penuh pesawatnya, sementara yang mau berangkat banyak," ucap Reddy.

Selain kesulitan bahan pangan, cuaca ekstrem yang mengakibatkan kapal tak bisa berlabuh di pulau tersebut juga membuat perekonomian warga tersendat.

Pasalnya, seluruh hasil pertanian dan perikanan warga pulau tersebut membusuk dan tak lagi bernilai karena tak ada kapal yang bisa mengangkutnya keluar dari pulau tersebut.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (BMKG) Bengkulu Klaus Damanik Apoh mengatakan gelombang dengan tinggi sekitar enam meter masih akan terjadi diperairan Pulau Enggano hingga beberapa hari kedepan.

Menurutnya, gelombang tinggi itu dipengaruhi kencangnya angin monsun atau angin timur dari Australia yang biasa terjadi saat musim kemarau seperti saat ini.

Ia memprediksi kondisi tersebut akan berlangsung hingga pergantian musim dari kemarau ke musim penghujan pada September hingga Desember mendatang.

"Ya selama musim angin monsun Australia ini terjadi ya tetap akan ada terus peringatan dini gelombang tinggi dan intinya sampai selesai musim kemarau," demikian Klaus.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020